Ilmu adalah binatang Buruan.
Dan Pena yang menuliskan adalah tali Pengekangnya
-Imam Asy Syafi'i-

Wednesday 30 January 2013

Sumber Gambar
Ada 3 orang yang terkena penyakit BBB, yaitu penyakit Belang, Botak dan Buta.  Suatu ketika Allah menguji mereka, diutuslah Malaikat untuk menguji mereka. Malaikat itu, pertama-tama mendatangi si Belang, dan bertanya "Apakah yang paling kamu inginkan ?" Si Belang menjawab "Aku menginginkan paras yang tampan, kulit yang bagus, serta hilangnya penyakitku yang membuat orang jijik terhadapku". Malaikat itu kemudian mengusap si Belang, dan terjadilah apa yang diinginkannya. Kemudian bertanya kembali "Harta apakah yang paling kamu senangi ?" si Belang menjawab "Unta". Kemudian diberilah unta yang sedang hamil 10 bulan, seraya berkata "Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima".

Kemudian Malaikat itu mendatangi si Botak dan bertanya "Apakah yang paling kamu inginkan ?". si Botak menjawab "Rambut yang rapi, dan hilangnya penyakitku yang membuat orang jijik terhadapku" Malaikat itu kemudian mengusap si Botak, dan terjadilah apa yang diinginkannya. Kemudian bertanya kembali "Harta apakah yang paling kamu senangi ?" si Belang menjawab "Sapi". Kemudian diberilah sapi yang sedang hamil, seraya berkata "Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima".

Selanjutnya, malaikat itu mendatangi si Buta dan bertanya "Apakah yang paling kamu inginkan ?". si Buta menjawab "Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang" Malaikat itu kemudian mengusap si Buta, dan terjadilah apa yang diinginkannya. Kemudian bertanya kembali "Harta apakah yang paling kamu senangi ?" si Buta menjawab "Kambing". Kemudian diberilah kambing yang sedang hamil, seraya berkata "Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima".

Beberapa tahun kemudian, unta, sapi dan kambing itu berkembang biak dan akhirnya memenuhi satu lapangan(lembah). Yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.

Kemudian Malaikat itu mendatangi ketiga orang itu. Pertama, ia menemui si Belang, dengan menyerupai keadaan si Belang seperti semula, dan berkata "“Seorang miskin telah terputus bagiku semua sebab dalam safarku, maka kini tidak ada bekal bagiku kecuali pertolongan Allah kemudian dengan pertolongan Anda. Saya memohon kepada Anda demi (Allah) Yang telah memberi Anda warna yang bagus, kulit yang bagus, dan harta, satu ekor onta saja yang bisa menghantarkan saya dalam safar saya ini.

Orang yang tadinya belang itu menanggapi, “Hak-hak orang masih banyak.” Lalu malaikat bertanya kepadanya, “Sepertinya saya mengenal Anda. Bukankah Anda dulu berkulit belang yang dijauhi oleh orang-orang dan juga fakir, kemudian Anda diberi oleh Allah?” Orang itu menjawab, “Sesungguhnya harta ini saya warisi dari orang-orang tuaku.” Maka malaikat berkata kepadanya, “Jika kamu dusta, maka Allah akan mengembalikanmu pada keadaan semula.”.

Kemudian, Malaikat itupun mendatangi si Botak, seperti keadaan si Botak semula, dan berkata seperti apa yang dikatakan kepada si Belang. Si botak pun menjawab seperti si Belang.  Kemudian malaikat berkata kepadanya, “Jika kamu dusta, maka Allah akan mengembalikanmu pada keadaan semula.”

 Kemudian, Malaikat itupun mendatangi si Buta, seperti keadaan si Buta semula, dan berkata seperti apa yang dikatakan kepada si Belang dan si Botak. akan tetapi, jawaban dari si Buta ini, berbeda dari kedua temennya semula. Dia menjawab "Aku dahulu adalah orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan aku. Maka ambilah apa yang kamu inginkan, dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. 

Lalu malaikat berkata kepadanya, “Jagalah harta kekayaanmu. Sebenarnya kamu (hanyalah) diuji. Dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada dua sahabatmu.”

Demikianlah kisah ini, Allah senantiasa menguji hamba-hamba-Nya, dan kita pun senantiasa diuji oleh-Nya. Dalam kisah tadi, ada tiga hal yang menjadi bahan ujian, yaitu kesehatan, penampilan fisik, dan harta. Mudah-mudahan kita adalah yang orang yang lulus ujian sebagaimana si Buta. Jika kita ingin seperti si Buta, maka kita harus berusaha menjadi bagian dari orang-orang yang bersyukur dan senantiasa merasakan adanya pengawasan Allah (muraqabatullah).
Semoga Allah senantiasa ridha dan tidak murka kepada kita semua.. Aamiin.


Maraji’: Hadits Riwayat Bukhari – Muslim


Sumber Gambar
Ada 3 orang yang terkena penyakit BBB, yaitu penyakit Belang, Botak dan Buta.  Suatu ketika Allah menguji mereka, diutuslah Malaikat untuk menguji mereka. Malaikat itu, pertama-tama mendatangi si Belang, dan bertanya "Apakah yang paling kamu inginkan ?" Si Belang menjawab "Aku menginginkan paras yang tampan, kulit yang bagus, serta hilangnya penyakitku yang membuat orang jijik terhadapku". Malaikat itu kemudian mengusap si Belang, dan terjadilah apa yang diinginkannya. Kemudian bertanya kembali "Harta apakah yang paling kamu senangi ?" si Belang menjawab "Unta". Kemudian diberilah unta yang sedang hamil 10 bulan, seraya berkata "Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima".

Kemudian Malaikat itu mendatangi si Botak dan bertanya "Apakah yang paling kamu inginkan ?". si Botak menjawab "Rambut yang rapi, dan hilangnya penyakitku yang membuat orang jijik terhadapku" Malaikat itu kemudian mengusap si Botak, dan terjadilah apa yang diinginkannya. Kemudian bertanya kembali "Harta apakah yang paling kamu senangi ?" si Belang menjawab "Sapi". Kemudian diberilah sapi yang sedang hamil, seraya berkata "Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima".

Selanjutnya, malaikat itu mendatangi si Buta dan bertanya "Apakah yang paling kamu inginkan ?". si Buta menjawab "Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang" Malaikat itu kemudian mengusap si Buta, dan terjadilah apa yang diinginkannya. Kemudian bertanya kembali "Harta apakah yang paling kamu senangi ?" si Buta menjawab "Kambing". Kemudian diberilah kambing yang sedang hamil, seraya berkata "Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima".

Beberapa tahun kemudian, unta, sapi dan kambing itu berkembang biak dan akhirnya memenuhi satu lapangan(lembah). Yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.

Kemudian Malaikat itu mendatangi ketiga orang itu. Pertama, ia menemui si Belang, dengan menyerupai keadaan si Belang seperti semula, dan berkata "“Seorang miskin telah terputus bagiku semua sebab dalam safarku, maka kini tidak ada bekal bagiku kecuali pertolongan Allah kemudian dengan pertolongan Anda. Saya memohon kepada Anda demi (Allah) Yang telah memberi Anda warna yang bagus, kulit yang bagus, dan harta, satu ekor onta saja yang bisa menghantarkan saya dalam safar saya ini.

Orang yang tadinya belang itu menanggapi, “Hak-hak orang masih banyak.” Lalu malaikat bertanya kepadanya, “Sepertinya saya mengenal Anda. Bukankah Anda dulu berkulit belang yang dijauhi oleh orang-orang dan juga fakir, kemudian Anda diberi oleh Allah?” Orang itu menjawab, “Sesungguhnya harta ini saya warisi dari orang-orang tuaku.” Maka malaikat berkata kepadanya, “Jika kamu dusta, maka Allah akan mengembalikanmu pada keadaan semula.”.

Kemudian, Malaikat itupun mendatangi si Botak, seperti keadaan si Botak semula, dan berkata seperti apa yang dikatakan kepada si Belang. Si botak pun menjawab seperti si Belang.  Kemudian malaikat berkata kepadanya, “Jika kamu dusta, maka Allah akan mengembalikanmu pada keadaan semula.”

 Kemudian, Malaikat itupun mendatangi si Buta, seperti keadaan si Buta semula, dan berkata seperti apa yang dikatakan kepada si Belang dan si Botak. akan tetapi, jawaban dari si Buta ini, berbeda dari kedua temennya semula. Dia menjawab "Aku dahulu adalah orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan aku. Maka ambilah apa yang kamu inginkan, dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. 

Lalu malaikat berkata kepadanya, “Jagalah harta kekayaanmu. Sebenarnya kamu (hanyalah) diuji. Dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada dua sahabatmu.”

Demikianlah kisah ini, Allah senantiasa menguji hamba-hamba-Nya, dan kita pun senantiasa diuji oleh-Nya. Dalam kisah tadi, ada tiga hal yang menjadi bahan ujian, yaitu kesehatan, penampilan fisik, dan harta. Mudah-mudahan kita adalah yang orang yang lulus ujian sebagaimana si Buta. Jika kita ingin seperti si Buta, maka kita harus berusaha menjadi bagian dari orang-orang yang bersyukur dan senantiasa merasakan adanya pengawasan Allah (muraqabatullah).
Semoga Allah senantiasa ridha dan tidak murka kepada kita semua.. Aamiin.


Maraji’: Hadits Riwayat Bukhari – Muslim


Tuesday 29 January 2013

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya”. (HR. Muslim) 

Syukur dan sabar, merupakan 2 hal yang harus diterapkan dalam hal kita menyikapi suatu persoalan. Jika kita mendapat kesenangan, maka bersyukurlah, yang dengannya nikmat atas kesenangan itu akan ditambahkan oleh Allah Swt. Dan jika ditimpa kesusahan maka bersabarlah, yang dengannya diberikanlah kabar gembira.

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al Baqarah : 155)

Dengan sabar juga, kita bisa jadikan sebagai penolong kita, sebagaimana diabadikan dalam surat Al Baqarah ayat 153 "Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". 

Bisa juga menjadi jalan ke Surga. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa ada seorang Wanita hitam yang datang menemui Rasulullah dan berkata, ‘Ya Rasulullah, aku mengidap penyakit ayan/sawan yang menyebabkan auratku terbuka, doakanlah untukku ya Rasulullah.’ Rasulullah berkata kepadanya, ‘Jika kamu mau bersabarlah dan kamu akan masuk syurga dan jika kamu juga mau, aku akan meminta Allah menyembuhkan penyakitmu itu.’ Wanita itu berkata, ‘Aku akan terus bersabar.’ Dan dia menambah, ‘Tetapi auratku akan terbuka karenanya, jadi mintalah kepada Allah untuku agar auratku terpelihara.’ Rasulullah pun mendoakannya untuk itu.

Atau dengannya (Sabar) memberikan kita pilihan untuk memilih Bidadari yang cantik Jelita sesuai dengan yang diinginkan, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi,


Dari Mu’adz ibn Anas Rodiallohu 'anhu ; “Barangsiapa mampu menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk, kemudian ia diminta untuk memilih Bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya.

Sabar mempunyai banyak manfaatnya, mulai dari mendapat kabar gembira, sebagai penolong, jalan menuju Surga dan juga diberikannya Bidadari yang cantik jelita :D

Sudahkan Saya, anda, kita, mencoba untuk bersabar ?
Sumber : Riyadhun Shalihin

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya”. (HR. Muslim) 

Syukur dan sabar, merupakan 2 hal yang harus diterapkan dalam hal kita menyikapi suatu persoalan. Jika kita mendapat kesenangan, maka bersyukurlah, yang dengannya nikmat atas kesenangan itu akan ditambahkan oleh Allah Swt. Dan jika ditimpa kesusahan maka bersabarlah, yang dengannya diberikanlah kabar gembira.

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al Baqarah : 155)

Dengan sabar juga, kita bisa jadikan sebagai penolong kita, sebagaimana diabadikan dalam surat Al Baqarah ayat 153 "Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". 

Bisa juga menjadi jalan ke Surga. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa ada seorang Wanita hitam yang datang menemui Rasulullah dan berkata, ‘Ya Rasulullah, aku mengidap penyakit ayan/sawan yang menyebabkan auratku terbuka, doakanlah untukku ya Rasulullah.’ Rasulullah berkata kepadanya, ‘Jika kamu mau bersabarlah dan kamu akan masuk syurga dan jika kamu juga mau, aku akan meminta Allah menyembuhkan penyakitmu itu.’ Wanita itu berkata, ‘Aku akan terus bersabar.’ Dan dia menambah, ‘Tetapi auratku akan terbuka karenanya, jadi mintalah kepada Allah untuku agar auratku terpelihara.’ Rasulullah pun mendoakannya untuk itu.

Atau dengannya (Sabar) memberikan kita pilihan untuk memilih Bidadari yang cantik Jelita sesuai dengan yang diinginkan, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi,


Dari Mu’adz ibn Anas Rodiallohu 'anhu ; “Barangsiapa mampu menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk, kemudian ia diminta untuk memilih Bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya.

Sabar mempunyai banyak manfaatnya, mulai dari mendapat kabar gembira, sebagai penolong, jalan menuju Surga dan juga diberikannya Bidadari yang cantik jelita :D

Sudahkan Saya, anda, kita, mencoba untuk bersabar ?
Sumber : Riyadhun Shalihin

Monday 28 January 2013

Masih ingatkah cerita tentang seorang pria yang membunuh 99 orang ? Ya, ini kisah tentang seorang pria yang telah membunuh 99 orang dan ingin bertaubat, yang mana diabadikan didalam Riwayat Bukhari dan Muslim.

Pria yang telah membunuh 99 orang ini, mendatangi Rahib, kemudian ia bertanya "Apakah aku bisa bertaubat ?". Ternyata pendeta (Rahib) itu menjawab "Tidak", kemudian dibunuh lah Rahib tersebut, dan menjadi genap 100 orang yang telah dibunuhnya.

Lalu, ia mendatangi seorang Alim, kemudian ia bercerita bahwa ia telah membunuh 100 orang, lalu bertanya "Apakah aku bisa bertaubat ?" Sang Alim pun menjawab "Ya, Tentu. Siapakah yang akan menghalangi orang untuk bertaubat ?" Disuruhlah berhijrah ke kota lain sang Pria itu untuk meninggalkan kotanya, dan diperjalanan ia pun meninggal dunia.

Kemudian, berselisihlah antara Malaikat Rahmat dengan Malaikat Azab tentang Pria itu. Siapakah yang lebih berhak atas rohnya. Malaikat Rahmat beralasan " Orang ini datang dalam keadaan bertaubat, dan menghadapkan hatinya hanya kepada Allah". Sedangkan Malaikat Azab beralasan "Orang ini tidak pernah melakukan amal baik". 

Diukurlah jarak dari kota asal dengan tempat ia meninggal, dan jarak tempat ia meninggal dan kota tujuan. Dan ternyata hanya beda satu jengkal antara keduanya, yang mana lebih dekat dengan kota tujuan. Maka malaikat Rahmat lah yang berhak membawa roh tersebut.

Taubat. Taubat pria itu diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi "Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung akan menerima taubat seseorang sebelum nyawa sampai ditenggorokan (Sebelum sekarat)" . Kemudian Imam Muslim meriwayatkan bahwa "Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah menerima taubatnya."

Taubat itu wajib dari setiap dosa yang telah dilakukan. Apabila dosa itu (maksiat) antara hamba dengan tuhannya, maka taubatnya itu memiliki 3 syarat, yaitu :

  1. Meninggalkan Maksiat
  2. Menyesali perbuatan Maksiat yang telah dilakukan
  3. Bertekad untuk tidak kembali pada maksiat itu semuanya.

Syarat ini harus terpenuhi semuanya, apabila salah satu tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah. Kemudian jika maksiat ini berhubungan dengan manusia, maka syaratnya ada 4, 3 yang atas dan "membebaskan dari dari hak orang lain"

Mari perbaharui taubat kita dengan senantiasa meminta ampunan dariNya. Rasulullah saja membaca Istighfar dan bertaubat kepadaNya lebih dari tujuh puluh kali. Diriwayat lain, kita diperintahkan untuk bertaubat dan memohon ampun kepadaNya 100 kali.

Sudahkan anda bertaubat dan beristighfar hari ini ? :D

Sumber : Riyadus Shalihin  (Imam Nawawi)

Masih ingatkah cerita tentang seorang pria yang membunuh 99 orang ? Ya, ini kisah tentang seorang pria yang telah membunuh 99 orang dan ingin bertaubat, yang mana diabadikan didalam Riwayat Bukhari dan Muslim.

Pria yang telah membunuh 99 orang ini, mendatangi Rahib, kemudian ia bertanya "Apakah aku bisa bertaubat ?". Ternyata pendeta (Rahib) itu menjawab "Tidak", kemudian dibunuh lah Rahib tersebut, dan menjadi genap 100 orang yang telah dibunuhnya.

Lalu, ia mendatangi seorang Alim, kemudian ia bercerita bahwa ia telah membunuh 100 orang, lalu bertanya "Apakah aku bisa bertaubat ?" Sang Alim pun menjawab "Ya, Tentu. Siapakah yang akan menghalangi orang untuk bertaubat ?" Disuruhlah berhijrah ke kota lain sang Pria itu untuk meninggalkan kotanya, dan diperjalanan ia pun meninggal dunia.

Kemudian, berselisihlah antara Malaikat Rahmat dengan Malaikat Azab tentang Pria itu. Siapakah yang lebih berhak atas rohnya. Malaikat Rahmat beralasan " Orang ini datang dalam keadaan bertaubat, dan menghadapkan hatinya hanya kepada Allah". Sedangkan Malaikat Azab beralasan "Orang ini tidak pernah melakukan amal baik". 

Diukurlah jarak dari kota asal dengan tempat ia meninggal, dan jarak tempat ia meninggal dan kota tujuan. Dan ternyata hanya beda satu jengkal antara keduanya, yang mana lebih dekat dengan kota tujuan. Maka malaikat Rahmat lah yang berhak membawa roh tersebut.

Taubat. Taubat pria itu diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi "Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung akan menerima taubat seseorang sebelum nyawa sampai ditenggorokan (Sebelum sekarat)" . Kemudian Imam Muslim meriwayatkan bahwa "Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah menerima taubatnya."

Taubat itu wajib dari setiap dosa yang telah dilakukan. Apabila dosa itu (maksiat) antara hamba dengan tuhannya, maka taubatnya itu memiliki 3 syarat, yaitu :

  1. Meninggalkan Maksiat
  2. Menyesali perbuatan Maksiat yang telah dilakukan
  3. Bertekad untuk tidak kembali pada maksiat itu semuanya.

Syarat ini harus terpenuhi semuanya, apabila salah satu tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah. Kemudian jika maksiat ini berhubungan dengan manusia, maka syaratnya ada 4, 3 yang atas dan "membebaskan dari dari hak orang lain"

Mari perbaharui taubat kita dengan senantiasa meminta ampunan dariNya. Rasulullah saja membaca Istighfar dan bertaubat kepadaNya lebih dari tujuh puluh kali. Diriwayat lain, kita diperintahkan untuk bertaubat dan memohon ampun kepadaNya 100 kali.

Sudahkan anda bertaubat dan beristighfar hari ini ? :D

Sumber : Riyadus Shalihin  (Imam Nawawi)

Monday 14 January 2013

Didalam perkuliahan Etika Profesi ada pembahasan mengenai larangan bagi PNS, yaitu salah satunya pengenai dunia Perpolitikan. Larangan ini terdapat di Pasal 4 ayat (12-15) PP no 53 Tahun 2010. Larangan tersebut adalah :

  1. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara: a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye; b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS; c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
  2. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara: a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
  3. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan;
  4. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara: a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye; c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. 
Intinya,  (1) ikut serta  sebagai PELAKSANA kampanye. (2) menjadi peserta kampanye dengan memakai atribut PNS. (3) mengerahkan PNS lain. (4) menggunakan fasilitas Negara. (5) membuat keputusan yang menguntungkan/merugikan salah satu competitor. (6) mengadakan kegiatan yang mengarah pada keberpihakan terhadap pilihan tertentu kepada PNS dalam lingkungan unit kerja, anggota keluarga, dan masyarakat. (7) memberikan surat dukungan disertai foto kopi KTP (untuk DPD dan calon independen).

Lantas, seperti apakah yang dikatakan dengan Kampanye ?  Dikutip dari UU 8/2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu. Dalam sebuah versi lain (KPUD Jakarta) disebutkan unsur kampanye ada empat, yaitu penyampaian visi-misi, adanya alat peraga, dilakukan oleh timses, dan dilaksanakan dalam periode kampanye. Empat unsur tersebut menjadi satu kesatuan.

Kemudian, timbul pertanyaan apakah jika tidak memenuhi syarat tersebut tidak bisa dikatakan kampanye? tidak kena hukuman ? ya, tentu saja. Syarat itu harus terpenuhi. Karena Pada kenyataannya, hukum bukanlah tentang rasa-merasa, tapi tentang hitam di atas putih. 

Jika ada yang menuduh PNS sebagai anggota/pengurus parpol, bukankah penuduh yang harus membuktikannya? Bawalah bukti Kartu Anggota atau apapun yang bisa menunjukkan posisinya dalam parpol.
Simpatisan parpol? Ngeshare via Status FB, di Twitter dan dunia Maya. Adakah ini aturannya? Yang diatur dalam peraturan yang ada hanyalah menjadi anggota dan/atau pengurus. Bukankah simpati itu urusan hati?

Bagaimana dengan kader? Menurut saya sama saja dengan simpatisan selama tidak memiliki bukti hitam di atas putih yang menunjukkan bahwa parpol mengakui ybs sebagai anggotanya. Bukankah parpol juga tak menginginkan ada orang-orang yang mengaku diri sebagai bagian dari parpol tersebut?

Pengen lebih mantap, atau lebih jelas, monggo ke Sumber Aslinya :
http://awanni.blogspot.com/2012/12/pns-kampanye-dan-partai-politik-1.html
http://awanni.blogspot.com/2012/12/pns-kampanye-dan-partai-politik-2.html
http://awanni.blogspot.com/2013/01/pns-kampanye-dan-partai-politik-3.html



Didalam perkuliahan Etika Profesi ada pembahasan mengenai larangan bagi PNS, yaitu salah satunya pengenai dunia Perpolitikan. Larangan ini terdapat di Pasal 4 ayat (12-15) PP no 53 Tahun 2010. Larangan tersebut adalah :

  1. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara: a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye; b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS; c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
  2. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara: a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
  3. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan;
  4. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara: a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye; c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. 
Intinya,  (1) ikut serta  sebagai PELAKSANA kampanye. (2) menjadi peserta kampanye dengan memakai atribut PNS. (3) mengerahkan PNS lain. (4) menggunakan fasilitas Negara. (5) membuat keputusan yang menguntungkan/merugikan salah satu competitor. (6) mengadakan kegiatan yang mengarah pada keberpihakan terhadap pilihan tertentu kepada PNS dalam lingkungan unit kerja, anggota keluarga, dan masyarakat. (7) memberikan surat dukungan disertai foto kopi KTP (untuk DPD dan calon independen).

Lantas, seperti apakah yang dikatakan dengan Kampanye ?  Dikutip dari UU 8/2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu. Dalam sebuah versi lain (KPUD Jakarta) disebutkan unsur kampanye ada empat, yaitu penyampaian visi-misi, adanya alat peraga, dilakukan oleh timses, dan dilaksanakan dalam periode kampanye. Empat unsur tersebut menjadi satu kesatuan.

Kemudian, timbul pertanyaan apakah jika tidak memenuhi syarat tersebut tidak bisa dikatakan kampanye? tidak kena hukuman ? ya, tentu saja. Syarat itu harus terpenuhi. Karena Pada kenyataannya, hukum bukanlah tentang rasa-merasa, tapi tentang hitam di atas putih. 

Jika ada yang menuduh PNS sebagai anggota/pengurus parpol, bukankah penuduh yang harus membuktikannya? Bawalah bukti Kartu Anggota atau apapun yang bisa menunjukkan posisinya dalam parpol.
Simpatisan parpol? Ngeshare via Status FB, di Twitter dan dunia Maya. Adakah ini aturannya? Yang diatur dalam peraturan yang ada hanyalah menjadi anggota dan/atau pengurus. Bukankah simpati itu urusan hati?

Bagaimana dengan kader? Menurut saya sama saja dengan simpatisan selama tidak memiliki bukti hitam di atas putih yang menunjukkan bahwa parpol mengakui ybs sebagai anggotanya. Bukankah parpol juga tak menginginkan ada orang-orang yang mengaku diri sebagai bagian dari parpol tersebut?

Pengen lebih mantap, atau lebih jelas, monggo ke Sumber Aslinya :
http://awanni.blogspot.com/2012/12/pns-kampanye-dan-partai-politik-1.html
http://awanni.blogspot.com/2012/12/pns-kampanye-dan-partai-politik-2.html
http://awanni.blogspot.com/2013/01/pns-kampanye-dan-partai-politik-3.html



Friday 11 January 2013

Tidak dapat dipungkiri lagi, kita hidup dengan berbagai peran. Kita berperan sebagai Diri sendiri, berperan sebagai anak atau Orang tua dalam keluarga, berperan sebagai anggota masyarakat, Bangsa dan Negara, dan tentu berperan sebagai Muslim.

Peran kita sebagai diri sendiri, itu menuntut hak-hak diri ini terpenuhi, dan memenuhi kewajiban yang ada. Kemudian sebagai Anak, kalo ditanya soal anak yang durhaka atau anak yang berbakti, tentu tidak akan ada orang yang mau disebut sebagai anak yang durhaka, yang pasti, semuanya ingin menjadi anak yang berbakti, Akan tetapi, sudahkah kita penuhi hak-hak orang tua kita, berbakti kepada kedua orang tua kita ?

Sebagai anggota Masyarakat, tentu kita Ingin menjadi anggota masyarakat, yang dicintai masyarakat, bukannya dibenci oleh masyarakat. Akan tetapi sudahkah kita melakukan apa-apa yang dapat membuat masyarakat cinta terhadap kita ? Begitu pula dengan Bangsa dan Negara.

Ya, sama halnya ketika kita ditanya sebagai seorang Muslim. Tentu tidak akan ada orang Muslim, yang mau dikatakan Kafir atau Islam KTP dan lain lain. Akan tetapi, apakah kita sudah beribadah kepadaNya, melaksanakan apa yang diperintahkanNya dan meninggalkan laranganNya ?

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 
(Adz Dzariyat :56)

Dan ketika ditanya soal berakal atau tidaknya kita, tentu tidak akan ada orang yang mau dikatakan tidak berakal. Tanda-tanda orang yang berakal itu ada di surat Ali Imran ayat 190

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Akan tetapi, apakah kita sudah melakukan hal hal yang dilakukan oleh orang orang yang berakal ?

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(Ali Imran :191)

Pilihan ditangan kita, apakah kita orang yang hanya "ngaku-ngaku" saja, atau emang kita orang yang seperti itu. Jika seperti itu, tentu dilakuin donk, apa-apa yang harus dilakukan untuk menjadi  seperti itu .
So, tunggu apa lagi, "Bekerja lah!" Lets do it!





Tidak dapat dipungkiri lagi, kita hidup dengan berbagai peran. Kita berperan sebagai Diri sendiri, berperan sebagai anak atau Orang tua dalam keluarga, berperan sebagai anggota masyarakat, Bangsa dan Negara, dan tentu berperan sebagai Muslim.

Peran kita sebagai diri sendiri, itu menuntut hak-hak diri ini terpenuhi, dan memenuhi kewajiban yang ada. Kemudian sebagai Anak, kalo ditanya soal anak yang durhaka atau anak yang berbakti, tentu tidak akan ada orang yang mau disebut sebagai anak yang durhaka, yang pasti, semuanya ingin menjadi anak yang berbakti, Akan tetapi, sudahkah kita penuhi hak-hak orang tua kita, berbakti kepada kedua orang tua kita ?

Sebagai anggota Masyarakat, tentu kita Ingin menjadi anggota masyarakat, yang dicintai masyarakat, bukannya dibenci oleh masyarakat. Akan tetapi sudahkah kita melakukan apa-apa yang dapat membuat masyarakat cinta terhadap kita ? Begitu pula dengan Bangsa dan Negara.

Ya, sama halnya ketika kita ditanya sebagai seorang Muslim. Tentu tidak akan ada orang Muslim, yang mau dikatakan Kafir atau Islam KTP dan lain lain. Akan tetapi, apakah kita sudah beribadah kepadaNya, melaksanakan apa yang diperintahkanNya dan meninggalkan laranganNya ?

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 
(Adz Dzariyat :56)

Dan ketika ditanya soal berakal atau tidaknya kita, tentu tidak akan ada orang yang mau dikatakan tidak berakal. Tanda-tanda orang yang berakal itu ada di surat Ali Imran ayat 190

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Akan tetapi, apakah kita sudah melakukan hal hal yang dilakukan oleh orang orang yang berakal ?

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(Ali Imran :191)

Pilihan ditangan kita, apakah kita orang yang hanya "ngaku-ngaku" saja, atau emang kita orang yang seperti itu. Jika seperti itu, tentu dilakuin donk, apa-apa yang harus dilakukan untuk menjadi  seperti itu .
So, tunggu apa lagi, "Bekerja lah!" Lets do it!





Thursday 10 January 2013

Berbicara mengenai Nilai-nilai salah satu kementrian, tepatnya kementrian Keuangan, tentu kita masih ingat dengan kelima nilai tersebut. Ada Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan.

Disini, saya hanya akan membicarakan mengenai Kesempurnaan saja. Kesempurnaan yang tercantum dalam nilai-nilai kementrian Keuangan adalah senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik dengan cara Melakukan perbaikan terus menerus dan mengembangkan inovasi dan kreativitas.

Lantas, bagaimana jika Nilai Kesempurnaan tersebut diterapkan dalam kehidupan seseorang atau kehidupan sehari hari. Ternyata, jauh sebelum negara Ini terbentuk, jauh sebelum Kementrian Keuangan ini terbentuk, dan jauh sebelum nilai ini dibuat, Al Quran telah memberikan gambaran yang jelas tentang kesempurnaan ini, dan memerintahkan kita untuk senantiasa menerapkan nilai kesempurnaan dalam kehidupan sehari hari.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Hasr : 18)


Nabi saw pernah mengatakan bahwa "Siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin maka dia orang merugi. Siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia orang yang beruntung. Maka siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia orang yang terlaknat"

Ini merupakan motivasi hidup yang diberikan oleh Allah dan Rasulnya agar manusia itu selalu berusaha lebih baik.Selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik yang kita bisa. Berbuat semaksimal mungkin supaya bisa bermanfaat kepada orang lain ?

Sudah siap untuk melakukan perbaikan diri ?

Berbicara mengenai Nilai-nilai salah satu kementrian, tepatnya kementrian Keuangan, tentu kita masih ingat dengan kelima nilai tersebut. Ada Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan.

Disini, saya hanya akan membicarakan mengenai Kesempurnaan saja. Kesempurnaan yang tercantum dalam nilai-nilai kementrian Keuangan adalah senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik dengan cara Melakukan perbaikan terus menerus dan mengembangkan inovasi dan kreativitas.

Lantas, bagaimana jika Nilai Kesempurnaan tersebut diterapkan dalam kehidupan seseorang atau kehidupan sehari hari. Ternyata, jauh sebelum negara Ini terbentuk, jauh sebelum Kementrian Keuangan ini terbentuk, dan jauh sebelum nilai ini dibuat, Al Quran telah memberikan gambaran yang jelas tentang kesempurnaan ini, dan memerintahkan kita untuk senantiasa menerapkan nilai kesempurnaan dalam kehidupan sehari hari.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Hasr : 18)


Nabi saw pernah mengatakan bahwa "Siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin maka dia orang merugi. Siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia orang yang beruntung. Maka siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia orang yang terlaknat"

Ini merupakan motivasi hidup yang diberikan oleh Allah dan Rasulnya agar manusia itu selalu berusaha lebih baik.Selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik yang kita bisa. Berbuat semaksimal mungkin supaya bisa bermanfaat kepada orang lain ?

Sudah siap untuk melakukan perbaikan diri ?

Tuesday 8 January 2013

Pernahkah kita memanggil seseorang ? pernahkan kita menyapa seseorang ? baik itu yang sudah dikenal atau belum dikenal ?. Saya kira kita semua pernah memanggil dan menyapa seseorang baik orang itu sudah kita kenal atau belum kita kenal. Lantas, yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita memanggil atau menyapa orang yang sudah kita kenal itu atau yang belum kita kenal itu ? Apakah dengan menyebut namanya ? Dengan panggilan atau sapaan terbaik yang diinginkannya ? atau apakah dengan panggilan atau sapaan yang buruk, yang tidak diinginkannya ?

Begitu banyak pertanyaan yang muncul diatas, yang semoga jawaban yang singkat ini bisa menjawab pertanyaan diatas, walaupun kurang komprehensif, dikarenakan ilmu yang dimiliki si empunya blog ini belum mumpuni. :D

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai makhluk sosial, pasti kita selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi pasti mula-mula kita menyapa atau memanggil teman, kerabat, sohib, friend dan lain lainnya. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dalam menyapa teman kita tersebut ? apakah dengan panggilan yang baik, atau yang buruk ?

Bila kita termasuk orang yang suka memanggil atau menyapa teman kita dengan panggilan yang buruk, entah itu alasannya karena keakraban atau apalah namanya, berhati-hatilah, jangan sampai kita termasuk di dalam ayat ini, ayat yang terdapat didalam surat Al Hujarah ayat 11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. 

Pada ayat diatas "janganlah suka mencela dirimu sendiri" ini maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Kemudian "(panggilan) yang buruk" maksudnya ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.
Nah loh, udah diperingati tuh, masih mau panggil orang dengan panggilan yang buruk atau yang tidak disukainya ? Buru buru tobat deh #UntukDiriSendiri

Terus, kalau kita termasuk orang yang suka memanggil atau menyapa dengan panggilan atau sapaan yang baik, maka berbanggalah. Karena hal ini telah dibuktikan sendiri oleh Rasulallah SAW. Para Sahabat, bagaimanapun keadaannya selalu betah berada disisi Rasulallah karena Rasulullah menghormati dan menyayangi mereka dengan cara memanggil mereka dengan nama yang disukai, bahkan dengan anak kecil sekalipun.

Diriwayatkan dari Anas, dia berkata: “Nabi adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Aku mempunyai seorang adik yang biasa dipanggil Abu Umair, suatu ketika Nabi datang dan menyapanya. “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan Nughair ?” (H.R Bukhori)

Nughair adalah burung kecil yang biasa diajaknya bermain. Ketika burung kecil itu mati, lantas Rasulullah menyapa Abu Umair untuk menghiburnya. Perlu diingat!!! Bahwa kunyah (dibaca: kun-yah) adalah panggilan yang diawali dengan Abu atau Ummu, menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauzy tidak mesti diberikan kepada orang yang sudah mempunyai anak saja. Karena pada hakikatnya kunyah digunakan untuk mengagungkan, memuliakan, dan menghormati orang yang dipanggil.

Kemudian, dibukunya Abbas As-Siisiy yang judulnya "Bagaimana Menyentuh Hati" perkara menghafal nama ini menjadi hal yang penting, karena dari sinilah terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya sesama individu. Setiap orang, tentu akan senang dipanggil namanya, apalagi dengan nama yang paling ia sukai.

Jadi, masih mau manggil orang dengan panggilan yang  buruk ? Idih, enggak banget dah. Seminimal-minimalnya panggil namanya, lebih bagus lagi panggilan yang ia sukai. Bukankah sudah ada contohnya dari Rasulullah ? adakah yang lebih baik ?

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al Ahzab [33] : 21).

Pernahkah kita memanggil seseorang ? pernahkan kita menyapa seseorang ? baik itu yang sudah dikenal atau belum dikenal ?. Saya kira kita semua pernah memanggil dan menyapa seseorang baik orang itu sudah kita kenal atau belum kita kenal. Lantas, yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita memanggil atau menyapa orang yang sudah kita kenal itu atau yang belum kita kenal itu ? Apakah dengan menyebut namanya ? Dengan panggilan atau sapaan terbaik yang diinginkannya ? atau apakah dengan panggilan atau sapaan yang buruk, yang tidak diinginkannya ?

Begitu banyak pertanyaan yang muncul diatas, yang semoga jawaban yang singkat ini bisa menjawab pertanyaan diatas, walaupun kurang komprehensif, dikarenakan ilmu yang dimiliki si empunya blog ini belum mumpuni. :D

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai makhluk sosial, pasti kita selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi pasti mula-mula kita menyapa atau memanggil teman, kerabat, sohib, friend dan lain lainnya. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dalam menyapa teman kita tersebut ? apakah dengan panggilan yang baik, atau yang buruk ?

Bila kita termasuk orang yang suka memanggil atau menyapa teman kita dengan panggilan yang buruk, entah itu alasannya karena keakraban atau apalah namanya, berhati-hatilah, jangan sampai kita termasuk di dalam ayat ini, ayat yang terdapat didalam surat Al Hujarah ayat 11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. 

Pada ayat diatas "janganlah suka mencela dirimu sendiri" ini maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Kemudian "(panggilan) yang buruk" maksudnya ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.
Nah loh, udah diperingati tuh, masih mau panggil orang dengan panggilan yang buruk atau yang tidak disukainya ? Buru buru tobat deh #UntukDiriSendiri

Terus, kalau kita termasuk orang yang suka memanggil atau menyapa dengan panggilan atau sapaan yang baik, maka berbanggalah. Karena hal ini telah dibuktikan sendiri oleh Rasulallah SAW. Para Sahabat, bagaimanapun keadaannya selalu betah berada disisi Rasulallah karena Rasulullah menghormati dan menyayangi mereka dengan cara memanggil mereka dengan nama yang disukai, bahkan dengan anak kecil sekalipun.

Diriwayatkan dari Anas, dia berkata: “Nabi adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Aku mempunyai seorang adik yang biasa dipanggil Abu Umair, suatu ketika Nabi datang dan menyapanya. “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan Nughair ?” (H.R Bukhori)

Nughair adalah burung kecil yang biasa diajaknya bermain. Ketika burung kecil itu mati, lantas Rasulullah menyapa Abu Umair untuk menghiburnya. Perlu diingat!!! Bahwa kunyah (dibaca: kun-yah) adalah panggilan yang diawali dengan Abu atau Ummu, menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauzy tidak mesti diberikan kepada orang yang sudah mempunyai anak saja. Karena pada hakikatnya kunyah digunakan untuk mengagungkan, memuliakan, dan menghormati orang yang dipanggil.

Kemudian, dibukunya Abbas As-Siisiy yang judulnya "Bagaimana Menyentuh Hati" perkara menghafal nama ini menjadi hal yang penting, karena dari sinilah terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya sesama individu. Setiap orang, tentu akan senang dipanggil namanya, apalagi dengan nama yang paling ia sukai.

Jadi, masih mau manggil orang dengan panggilan yang  buruk ? Idih, enggak banget dah. Seminimal-minimalnya panggil namanya, lebih bagus lagi panggilan yang ia sukai. Bukankah sudah ada contohnya dari Rasulullah ? adakah yang lebih baik ?

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al Ahzab [33] : 21).

Monday 7 January 2013

Orang yang mencela kita itu ibarat cermin ajaib. Ia yang memberitahu kelemahan kita. Ia yang menunjukkan kebodohan kita. Ia yang menyadarkan bahwa kita masih punya sisi buruk dan perlu berbenah. Sungguh sangat layak kita berucap terima kasih kepada yang telah mencela kita. 

Terkadang kita juga tidak punya waktu merenungi diri sendiri. Orang yang mencela, menyediakan waktu untuk memperbaiki kita. Ia bersusah payah mencari kata agar ucapannya didengar dan diperhatikan oleh kita. Agar suara itu terdengar oleh kita terkadang ia meminta bantuan orang lain untuk sama-sama menghujat kita. Maka berterima kasihlah kepada orang yang telah rela menyediakan waktu untuk kita. 

Bagaimana kalau ia mencela diri kita tanpa kita ketahui? Bersyukurlah karena itu akan mengurangi dosa kita. Bila dosa-dosa yang ada pada kita sudah habis karena ia cela dan ia tetap mencela maka kebaikan yang ia lakukan akan diberikan kepada kita. Ucapan terima kasih sangat layak diberikan kepada orang yang rela dan bersedia mengurangi dosa kita. 

Itulah, 3 Paragraf terakhir, yang ditulis oleh Motivator Sukses Mulia, Jamil Azzaini pada Websitenya, pada 7 Januari 2013, lengkapnya bisa dibaca disini 

Membaca tiga paragraf diatas, sungguh membuat hari tertegun, tertegun merenungi apa-apa yang telah terlewatkan, apa apa yang telah terlalui dan apa-apa yang telah terjadi. Mungkin, saya atau anda sering menjadi OBJEK yang dicelai or istilahnya Bullyable. Patut senang dan sedih karena keduanya saling keterkaitan. Senang karena ada yang mengingatkan dan mengoreksi, dan sedih karena masih banyak kekurangan, akan tetapi itulah yang mesti kita bentuk, agar kekurangan ini bisa diminimalisir.

Ibarat mempunyai sebuah "jam beker", yang dengannya secara otomatis akan mengingatkan kita akan kekurangan kita, kebodohan kita dan keburukan kita, yang mana kadang kita sendiri kurang mempunyai waktu untuk merenungi keadaan diri sendiri, maka sudah sepatutnya lah kita berterima kasih kepada "jam beker" itu.

Lantas, bagaimana kita menyikapi orang yang mencela kita ?.
Jika ia mencela kekurangan, kebodohan dan keburukan kita, maka kita mesti bebenah akan hal itu, dan berterima kasih. Berbenahlah, atau benahilah dirimu. Urusanmu hanya pada yang maha Kuasa. Urusan celaannya itu, ya urusan dia sama sang Pencipta. Yang penting, kamu tidak seperti orang pencela, yang penting tidak ada yang tersakiti oleh lisanmu, dan yang terpenting Allah Ridho kepadamu.

Untuk semua orang yang senang Mencela, dan Membully, Saya Ucapkan Terima Kasih :D


Orang yang mencela kita itu ibarat cermin ajaib. Ia yang memberitahu kelemahan kita. Ia yang menunjukkan kebodohan kita. Ia yang menyadarkan bahwa kita masih punya sisi buruk dan perlu berbenah. Sungguh sangat layak kita berucap terima kasih kepada yang telah mencela kita. 

Terkadang kita juga tidak punya waktu merenungi diri sendiri. Orang yang mencela, menyediakan waktu untuk memperbaiki kita. Ia bersusah payah mencari kata agar ucapannya didengar dan diperhatikan oleh kita. Agar suara itu terdengar oleh kita terkadang ia meminta bantuan orang lain untuk sama-sama menghujat kita. Maka berterima kasihlah kepada orang yang telah rela menyediakan waktu untuk kita. 

Bagaimana kalau ia mencela diri kita tanpa kita ketahui? Bersyukurlah karena itu akan mengurangi dosa kita. Bila dosa-dosa yang ada pada kita sudah habis karena ia cela dan ia tetap mencela maka kebaikan yang ia lakukan akan diberikan kepada kita. Ucapan terima kasih sangat layak diberikan kepada orang yang rela dan bersedia mengurangi dosa kita. 

Itulah, 3 Paragraf terakhir, yang ditulis oleh Motivator Sukses Mulia, Jamil Azzaini pada Websitenya, pada 7 Januari 2013, lengkapnya bisa dibaca disini 

Membaca tiga paragraf diatas, sungguh membuat hari tertegun, tertegun merenungi apa-apa yang telah terlewatkan, apa apa yang telah terlalui dan apa-apa yang telah terjadi. Mungkin, saya atau anda sering menjadi OBJEK yang dicelai or istilahnya Bullyable. Patut senang dan sedih karena keduanya saling keterkaitan. Senang karena ada yang mengingatkan dan mengoreksi, dan sedih karena masih banyak kekurangan, akan tetapi itulah yang mesti kita bentuk, agar kekurangan ini bisa diminimalisir.

Ibarat mempunyai sebuah "jam beker", yang dengannya secara otomatis akan mengingatkan kita akan kekurangan kita, kebodohan kita dan keburukan kita, yang mana kadang kita sendiri kurang mempunyai waktu untuk merenungi keadaan diri sendiri, maka sudah sepatutnya lah kita berterima kasih kepada "jam beker" itu.

Lantas, bagaimana kita menyikapi orang yang mencela kita ?.
Jika ia mencela kekurangan, kebodohan dan keburukan kita, maka kita mesti bebenah akan hal itu, dan berterima kasih. Berbenahlah, atau benahilah dirimu. Urusanmu hanya pada yang maha Kuasa. Urusan celaannya itu, ya urusan dia sama sang Pencipta. Yang penting, kamu tidak seperti orang pencela, yang penting tidak ada yang tersakiti oleh lisanmu, dan yang terpenting Allah Ridho kepadamu.

Untuk semua orang yang senang Mencela, dan Membully, Saya Ucapkan Terima Kasih :D


Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban.. Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan..?itulah salah satu dari ayat surat Ar Rahman yang diulang sebanyak 31 kali. Nikamat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan ? Seakan tertegun dengan hidayah yang didapat, yang telah merasakan nikmatnya iman, nikmatnya islam, nikmatnya ukhuwah, maka ini menjadi hujjah bagi kita untuk menyebarkan nikmat ini kepada seluruh manusia yang belum merasakannya.

Nikmat iman, nikmat islam dan nikmat ukhuwah itu harus kita sebarkan sebagai rasa syukur kita, yaitu dengan cara berdakwah. Dakwah ini merupakan tugas yang mulia, tugasnya para Nabi dan Rasul, adakah tugas yang lebih mulia dari pada ini ?

dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. 
(Q.S Saba' : 28) 

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Q. S Yusuf : 108) 

Dalam Surat Yusf diatas, ada 3 point, yaitu Dakwah itu harus mengikuti Nabi, Takliful nabi takliful ummati (Beban nabi, beban umatnya juga dalam hal ini berdakwah), Berdakwah itu berarti menambah pengetahuan.

Melihat realita yang ada, ketika dia berada di kampus-kampus syariah, pesantren-pesantren dan ilmu keagamaan yang lainnya, maka bisa dikatakan wajar ketika mereka berdakwah, yah memang karena itu fokus dari mereka. Lantas, bagaimana dengan kampus-kampus umum yang dengan geliatnya mendakwahi manusia ? ya, itu suatu yang luar biasa. Kemudian, kenapa kita (semua) harus menyebarkan islam atau berdakwah ? Setidaknya ada 5 alasan untuk menjawab pertanyaan itu .
  1. Islam agama untuk seluruh umat manusia. ini tercantum dalam Surat Al-'Araf ayat 158. Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". 
  2. Amalannya para Nabi dan Rasul. Lantas, adakah amalan yang lebih baik dari pada amalannya para Nabi dan Rasul ini ?
  3. Untuk menyelamatkan dari kita dan keluarga kita. Tersirat dalam kisah serombongan orang yang sedang melobangi dasar perahu karena hendak mengambil air di bawahnya, lantaran jikalau harus turun naik ngambil air terlalu jauh jaraknya. Sedangkan kita semua ini adalah penumpang di perahu tersebut, namun hanya diam melihat pembocor perahu tanpa ada yang mengingatkan atau menegur. Di antara penumpang perahu itu ada yang sedang sholat, ada yang sedang doa, ada yang sedang dzikir, ada yang sedang mbaca kitabullah, namun tak satupun yang menegur perilaku yang sedang melobangi perahu. Manakala perahu mulai karam, semua panik. Nah, itulah kalo kita tidak berdakwah, nanti kalau "Perahu kita karam gimana" ?
  4. Meninggalkannya merupakan suatu kedzholiman. Meninggalkan sesuatu yang baik, berarti memilih yang buruk kan ?
  5. Lawan dari Kedzholiman itu istiqomah. Bagaimana agar bisa istiqamah ? yah, dengan berdakwah lah. Ketika orang tidak ingin mendakwahkan suatu kebaikan berarti ia punya niat untuk melakukan keburukan.
Itulah sekurang kurangnya lima alasan mengapa kita harus berdakwah, so tunggu kapan lagi ?

Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban.. Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan..?itulah salah satu dari ayat surat Ar Rahman yang diulang sebanyak 31 kali. Nikamat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan ? Seakan tertegun dengan hidayah yang didapat, yang telah merasakan nikmatnya iman, nikmatnya islam, nikmatnya ukhuwah, maka ini menjadi hujjah bagi kita untuk menyebarkan nikmat ini kepada seluruh manusia yang belum merasakannya.

Nikmat iman, nikmat islam dan nikmat ukhuwah itu harus kita sebarkan sebagai rasa syukur kita, yaitu dengan cara berdakwah. Dakwah ini merupakan tugas yang mulia, tugasnya para Nabi dan Rasul, adakah tugas yang lebih mulia dari pada ini ?

dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. 
(Q.S Saba' : 28) 

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Q. S Yusuf : 108) 

Dalam Surat Yusf diatas, ada 3 point, yaitu Dakwah itu harus mengikuti Nabi, Takliful nabi takliful ummati (Beban nabi, beban umatnya juga dalam hal ini berdakwah), Berdakwah itu berarti menambah pengetahuan.

Melihat realita yang ada, ketika dia berada di kampus-kampus syariah, pesantren-pesantren dan ilmu keagamaan yang lainnya, maka bisa dikatakan wajar ketika mereka berdakwah, yah memang karena itu fokus dari mereka. Lantas, bagaimana dengan kampus-kampus umum yang dengan geliatnya mendakwahi manusia ? ya, itu suatu yang luar biasa. Kemudian, kenapa kita (semua) harus menyebarkan islam atau berdakwah ? Setidaknya ada 5 alasan untuk menjawab pertanyaan itu .
  1. Islam agama untuk seluruh umat manusia. ini tercantum dalam Surat Al-'Araf ayat 158. Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". 
  2. Amalannya para Nabi dan Rasul. Lantas, adakah amalan yang lebih baik dari pada amalannya para Nabi dan Rasul ini ?
  3. Untuk menyelamatkan dari kita dan keluarga kita. Tersirat dalam kisah serombongan orang yang sedang melobangi dasar perahu karena hendak mengambil air di bawahnya, lantaran jikalau harus turun naik ngambil air terlalu jauh jaraknya. Sedangkan kita semua ini adalah penumpang di perahu tersebut, namun hanya diam melihat pembocor perahu tanpa ada yang mengingatkan atau menegur. Di antara penumpang perahu itu ada yang sedang sholat, ada yang sedang doa, ada yang sedang dzikir, ada yang sedang mbaca kitabullah, namun tak satupun yang menegur perilaku yang sedang melobangi perahu. Manakala perahu mulai karam, semua panik. Nah, itulah kalo kita tidak berdakwah, nanti kalau "Perahu kita karam gimana" ?
  4. Meninggalkannya merupakan suatu kedzholiman. Meninggalkan sesuatu yang baik, berarti memilih yang buruk kan ?
  5. Lawan dari Kedzholiman itu istiqomah. Bagaimana agar bisa istiqamah ? yah, dengan berdakwah lah. Ketika orang tidak ingin mendakwahkan suatu kebaikan berarti ia punya niat untuk melakukan keburukan.
Itulah sekurang kurangnya lima alasan mengapa kita harus berdakwah, so tunggu kapan lagi ?

Sunday 6 January 2013

Hari ini, "Peninggalan Rasulullah telah dibagi bagi". ia dibagikan di sebuah gedung yang bernama Student Centre. Peninggalan tersebut, terbagi atas dua bagian besar, yang pertama soal interaksi antara lawan jenis, dan yang kedua, soal Menulis. Adakah yang lebih baik dari itu pada hari ini ?

Dimulai dari salah satu bagian Peninggalan rasulullah, ya yaitu tentang interaksi kepada lawan jenis. Khalwat itu berasal dari kata yang maknanya menyepi, menyendiri, mengasingkan diri bersama dengan seseorang tanpa kersertaan orang lain. Secara istilah, khalwat sering digunakan untuk hubungan antara dua orang dimana mereka menyepi dari pengetahuan atau campur tangan pihak lain, kecuali hanya mereka berdua. Jadi intinya, hanya berdua, antara pria dan wanita. entah apapun itu alasannya, mau rapat, kordinasi, rekonsiliasi maupun konsolidasi.

Kemudian muncul pertanyaan, yang pertama bagaimana jika mereka berdua dalam keadaan ramai dan yang kedua di dunia maya atau digital. Jika mereka berdua, meskipun di kondisi ramai, itu sama saja kecuali semuanya ikut. Tidak hanya perbincangan 2 orang itu akan tetapi seminimal minimalnya ada 3 orang yang berada dalam pembicaraan itu atau obrolan dan lain lain. Jadi misalkan di sebuah ruang kelas yang berisi 35 orang, ada 2 orang antara Pria dan Wanita. Mereka saling berbincang dan tidak ingin orang lain tau, maka itu sudah termasuk berkhalawat.

Lalu, untuk yang didunia maya atau digital, patokannya mudah tinggal di jawab, kalo misalkan kasusnya sms , hasil sms mereka berdua di print out dan di pajang di mading, kira kira bagaimana perasaannya ? klo ga apa apa dan biasa aja, itu boleh, akan tetapi jika ada perasaan lain, maka itu TIDAK BOLEH.

Menyoali mengenai Menahan Pandangan, antara Seorang Laki-laki dan Perempuan itu tak mengapa, dengan batasan melihatnya biasa saja, tanpa ada perasaan yang mengikutinya, entah itu suka, atau dengan nafsu. Karena Wajah, telapak tangan dan suara perempuan itu bukan merupakan aurat.

Dalam literatur Syariah, yang dimaksud dengan zina itu merupakan hubungan suami istri yang dilakukan oleh Laki laki dan perempuan yang bukan mahram. Konsekuensi dalam melakukan zina ini setidaknya ada 3, yang pertama di RAZAM. Dilempari dengan batu sampai mati, itu bagi orang yang sudah menikah, akan tetapi mereka melakukan perzinahan dengan yang bukan mahram. Kemudian yang kedua itu di Cambuk (klo ga salah 100x) jika yang melakukan perzinahan tersebut belum menikah. dan yang ketiga haram dan berdosa, jika tidak sampai berzina atau yang di ganbarkan oleh Nabi SAW, seperti ember yang masuk Sumur. Ketiga tiganya haram dan berdosa, tetapi ada konsekuensi yang berbeda.

Perihal membayangkan, misalkan seorang laki laki membayangkan seorang perempuan, apakah ia berdosa ? Dari segi Fiqih itu tidak. karena sesuatu yang dibayangkan atau diimajinasikan itu tidak menimbulkan suatu hukum. Misalnya ketika kita membayangkan untuk mencuri, apakah itu berdosa ? Tentu tidak. Akan tetapi, walaupun tidak berdosa, hendaknya itu ditinggalkan karena ketika kita membayangkan sesuatu yang negetif, takutnya nanti terbawa kedunia real, atau tersugestikan. Gawat kan ?

Kemudian, lanjut dengan istilah Zina hati, zina mata dan zina Lisan apakah itu ada ? Dalam ilmu Syariah tidak ada itu yang namanya Zina hati, akan tetapi itu ada dalam dunia tasawuf. Begitu juga dengan zina lisan, mungkin ia termasuk dalam perkataan kotor, zina mata, melihat aurat orang lain. Secara umum batasan dari ZINA itu, ya hanya ketika suatu "ember masuk kedalam suatu sumur".
Kesemuanya ini disampaikan oleh Ustd Ahmad Sarwat, Lc.



Kemudian, di sesi yang kedua, dilanjutkan oleh pembicara Ustad O.Solihin. Ada beberapa point yang didapat dari beliau soal menulis. Yang pertama, mengenai gaya penulisan. apakah kita boleh menirukan gaya kepenulisan dari penulis yang kita suka ? Beliau memberikan trik ATM (Amati, Tirukan, Modifikasi). Lakukan ATM ini, nanti lama kelamaan anda akan menemukan gaya kepenulisan anda sendiri.

Lalu, ada yang bertanya mengenai bagaimana agar sebuah karya yang dapat menggugah seperti karya Sayyid Quthub? Beliau memberikan jawaban Menurut Mohammad Fauzil Adhim, agar tulisan kita lebih menggugah dan menginspirasi, maka mesti memenuhi empat E, yakni :
  1. Entertainment, menghibur. Yakni pesan tulisan sampai dengan cara yang ringan, tak menggurui tapi menginspirasi.
  2. Escape, tempat yang tepat untuk rehat. Sebagai solusi dan jalan keluar. Tulisan menjadi sarana untuk menyegarkan jiwa-jiwa yang lelah menjadi tergugah, seperti Penawar Lelah Pengemban Dakwah.
  3. Esthetic, santun, indah, menyampaikan dengan cara yang indah, estetis tidak kasar dan jorok. Sehingga bisa kena ikannya tanpa keruh airnya.
  4. Education, tulisan itu akan menjadi sarana mendidikkan kebaikan yang mencerdaskan bukan membodohi.
  5. dan ini tambahan dari pembicara, yaitu Ideologi. Harus jelas ideologinya mau kemana
Intinya, ketika kita tidak suka menulis, menulislah, pas ngerasa ga bisa, menulislah apa yang ada di pikiran kita, apapun itu. Bukankah batu itu akan terkikis oleh tetesan air yang terus menerus menetesi batu itu, bukan oleh air yang banyak yang hanya sekali ?

So, kapan kalian mau mulai nulis ?

Hari ini, "Peninggalan Rasulullah telah dibagi bagi". ia dibagikan di sebuah gedung yang bernama Student Centre. Peninggalan tersebut, terbagi atas dua bagian besar, yang pertama soal interaksi antara lawan jenis, dan yang kedua, soal Menulis. Adakah yang lebih baik dari itu pada hari ini ?

Dimulai dari salah satu bagian Peninggalan rasulullah, ya yaitu tentang interaksi kepada lawan jenis. Khalwat itu berasal dari kata yang maknanya menyepi, menyendiri, mengasingkan diri bersama dengan seseorang tanpa kersertaan orang lain. Secara istilah, khalwat sering digunakan untuk hubungan antara dua orang dimana mereka menyepi dari pengetahuan atau campur tangan pihak lain, kecuali hanya mereka berdua. Jadi intinya, hanya berdua, antara pria dan wanita. entah apapun itu alasannya, mau rapat, kordinasi, rekonsiliasi maupun konsolidasi.

Kemudian muncul pertanyaan, yang pertama bagaimana jika mereka berdua dalam keadaan ramai dan yang kedua di dunia maya atau digital. Jika mereka berdua, meskipun di kondisi ramai, itu sama saja kecuali semuanya ikut. Tidak hanya perbincangan 2 orang itu akan tetapi seminimal minimalnya ada 3 orang yang berada dalam pembicaraan itu atau obrolan dan lain lain. Jadi misalkan di sebuah ruang kelas yang berisi 35 orang, ada 2 orang antara Pria dan Wanita. Mereka saling berbincang dan tidak ingin orang lain tau, maka itu sudah termasuk berkhalawat.

Lalu, untuk yang didunia maya atau digital, patokannya mudah tinggal di jawab, kalo misalkan kasusnya sms , hasil sms mereka berdua di print out dan di pajang di mading, kira kira bagaimana perasaannya ? klo ga apa apa dan biasa aja, itu boleh, akan tetapi jika ada perasaan lain, maka itu TIDAK BOLEH.

Menyoali mengenai Menahan Pandangan, antara Seorang Laki-laki dan Perempuan itu tak mengapa, dengan batasan melihatnya biasa saja, tanpa ada perasaan yang mengikutinya, entah itu suka, atau dengan nafsu. Karena Wajah, telapak tangan dan suara perempuan itu bukan merupakan aurat.

Dalam literatur Syariah, yang dimaksud dengan zina itu merupakan hubungan suami istri yang dilakukan oleh Laki laki dan perempuan yang bukan mahram. Konsekuensi dalam melakukan zina ini setidaknya ada 3, yang pertama di RAZAM. Dilempari dengan batu sampai mati, itu bagi orang yang sudah menikah, akan tetapi mereka melakukan perzinahan dengan yang bukan mahram. Kemudian yang kedua itu di Cambuk (klo ga salah 100x) jika yang melakukan perzinahan tersebut belum menikah. dan yang ketiga haram dan berdosa, jika tidak sampai berzina atau yang di ganbarkan oleh Nabi SAW, seperti ember yang masuk Sumur. Ketiga tiganya haram dan berdosa, tetapi ada konsekuensi yang berbeda.

Perihal membayangkan, misalkan seorang laki laki membayangkan seorang perempuan, apakah ia berdosa ? Dari segi Fiqih itu tidak. karena sesuatu yang dibayangkan atau diimajinasikan itu tidak menimbulkan suatu hukum. Misalnya ketika kita membayangkan untuk mencuri, apakah itu berdosa ? Tentu tidak. Akan tetapi, walaupun tidak berdosa, hendaknya itu ditinggalkan karena ketika kita membayangkan sesuatu yang negetif, takutnya nanti terbawa kedunia real, atau tersugestikan. Gawat kan ?

Kemudian, lanjut dengan istilah Zina hati, zina mata dan zina Lisan apakah itu ada ? Dalam ilmu Syariah tidak ada itu yang namanya Zina hati, akan tetapi itu ada dalam dunia tasawuf. Begitu juga dengan zina lisan, mungkin ia termasuk dalam perkataan kotor, zina mata, melihat aurat orang lain. Secara umum batasan dari ZINA itu, ya hanya ketika suatu "ember masuk kedalam suatu sumur".
Kesemuanya ini disampaikan oleh Ustd Ahmad Sarwat, Lc.



Kemudian, di sesi yang kedua, dilanjutkan oleh pembicara Ustad O.Solihin. Ada beberapa point yang didapat dari beliau soal menulis. Yang pertama, mengenai gaya penulisan. apakah kita boleh menirukan gaya kepenulisan dari penulis yang kita suka ? Beliau memberikan trik ATM (Amati, Tirukan, Modifikasi). Lakukan ATM ini, nanti lama kelamaan anda akan menemukan gaya kepenulisan anda sendiri.

Lalu, ada yang bertanya mengenai bagaimana agar sebuah karya yang dapat menggugah seperti karya Sayyid Quthub? Beliau memberikan jawaban Menurut Mohammad Fauzil Adhim, agar tulisan kita lebih menggugah dan menginspirasi, maka mesti memenuhi empat E, yakni :
  1. Entertainment, menghibur. Yakni pesan tulisan sampai dengan cara yang ringan, tak menggurui tapi menginspirasi.
  2. Escape, tempat yang tepat untuk rehat. Sebagai solusi dan jalan keluar. Tulisan menjadi sarana untuk menyegarkan jiwa-jiwa yang lelah menjadi tergugah, seperti Penawar Lelah Pengemban Dakwah.
  3. Esthetic, santun, indah, menyampaikan dengan cara yang indah, estetis tidak kasar dan jorok. Sehingga bisa kena ikannya tanpa keruh airnya.
  4. Education, tulisan itu akan menjadi sarana mendidikkan kebaikan yang mencerdaskan bukan membodohi.
  5. dan ini tambahan dari pembicara, yaitu Ideologi. Harus jelas ideologinya mau kemana
Intinya, ketika kita tidak suka menulis, menulislah, pas ngerasa ga bisa, menulislah apa yang ada di pikiran kita, apapun itu. Bukankah batu itu akan terkikis oleh tetesan air yang terus menerus menetesi batu itu, bukan oleh air yang banyak yang hanya sekali ?

So, kapan kalian mau mulai nulis ?

Saturday 5 January 2013

Ada suatu waktu, yang kita asyik di dalamnya, yang kita nyaman didalamnya, yang kita tidak merasai waktu didalamnya.Ya, Hobby itu yang mengalihkan sebagian waktu untuk menjelajahi masa lalu yang mungkin sudah ditinggal sekarang ini, soal HTML, editable, dan bongkar bongkat source code.

Akan tetapi, hobby itu harus terhenti sejenak, saat panggilan untuk bersilaturahim dengan kampus sebelah, dengan harapan semakin eratnya tali yang menyambungkat antara saya dan anda, kami dan mereka, dia dan semuanya.

Begitu agung, suatu niat. Ketika niat itu tulus dan ikhlas, maka hasilnya pun tidak akan mengecewakan. Niat dengan Silaturahim kepada sesama anggota PTK atau FOKRI dan ingin menambah ilmu dan wawasan disana, eh malah dapet bonus ikut cerdas cermat dan dapet juara lagi :D #curcol

Ketika berdebat, Imam Asy-Syafi'i berprinsip bahwa beliau mengharapkan apa yang diucapkan lawan berdebatnya itu suatu kebenaran yang belum beliau ketahui, yang dengannya ilmu dan wawasan beliau bertambah. Nah, ini lah yang dipegang oleh saya, yang diniatkan ketika berangkat ke salah satu kampus kedinasan, yaitu STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistika).

Memasuki ruang Auditorium STIS membuat sedikit tercengang dengan keWAHannya.Walaupun tidak sebesar SC atau Gedung G, tapi soal WAH, itu sangat wah, cocok lah buat ada seminar dan kegiatan lainnya. Kemudian Lift, Ekskul Bridge ( Maen kartu ) dan lain lainnya, yang membuat tertegun, seakan akan belum mendapatkannya di kampus yang sekarang. (#ini bukan ngeluh loh, cuma perbandingan aja) #tetap bersyukur apa yang didapat.

Tetapi, ada yang lebih merindukan lagi, ketika berada di STIS, yaitu saat Sholat Dzuhur dan Ashar, yang mana, Jamaahnya itu sampai membeludak sampai keluar Masjid. Lah, klo sekarang, di kampus itu paling 2 atau 3 shoff. Seakan merindukan kondisi tingkat 1 yang mana masjid itu (MBM) ramai oleh jamaah. akan tetapi ada sedikit yang kurang membahagiakan, yaitu Perempuan-perempuan disana, memakai kerudung dengan ukuran yang sama dan warna yang sama. yang menurut sebagian kawan, agak kurang lebar. "ya do'akan saja, semoga ada perubahan peraturan dari atasnya"

Kita lanjut ke Cerdas cermat. Terdiri dari 3 babak. Babak pertama babak Benar salah. Babak kedua berisi isian Singkat dan Babak ketiga Soal Rebutan. Dari 2 Babak di pilihlah 4 finalis, dari 20 Peserta. Kemudian karena tidak ada bel, maka untuk membedakannya dalam siapa yang duluan, panitia menyiasatinya dengan Yel yel. Kelompok 1 :"Subhanallah" Kelompok 2 "Alhamdulillah" Kelompok 3 "Laa ilahaillallah" dan Kelompok 4 itu "Allahu Akbar".

Singkat cerita, pas di Final, dibabak Rebutan yang kebetulan kelompok 4, yang mana kalimat Allahu Akbar itu lebih mudah diucapkan dari pada kalimat 3 yang lainnya dalam hal cepet cepetan. Timku terdiri dari 3 orang, Me, Rusd, dan Zam. ada 3 karakter dari pertanyaan yang kami jawab yang merupakan spesialisasi kami di kampus :D

Pertanyaan pertama, kita dikasih gambar Palestina, kemudian ditanya mengenai letak dari Al Quds atau Masjidil Aqsa. maka, Me yang notabenenya sebagai Humas Listen menjawabnya dengan penuh keyakinan. Pertanyaan tipe kedua. Ada orang yang bersalaman. Kemudian pertanyaannya, "disebut apakah orang yang membayar Zakat ?". Maka dengan tenangnya, seorang dari kami, sebagai anggota BABM dan anak buahnya pak A---- Mu------, menjawab Muzakki. Tipe yang ketiga ditunjukan sebuah gambar Al Umm, dan ditanya mengenai siapa pengarangnya ? Kemudian seseorang dari kami yang dengan kapasitasnya mengenal para Ulama, dijawab dengan Muhammad bin Idris aka Imam Asy-Syafi'i.

Selesai dengan hal itu, kami pun langsung pulang. dan tentunya tak tinggal pamitan kami terhadap tuan rumah, yang membuat rindu ke kampus itu kembali. Tuan rumah yang ramah dengan keikhlasannya mengantarkan kami ke pintu Gerbang. Mudah mudahan, nanti kita bisa bertemu lagi dalam waktu dan tempat yang berbeda.




Sabtu, 5 January 2013
1 Hari di Kampus STIS

Ada suatu waktu, yang kita asyik di dalamnya, yang kita nyaman didalamnya, yang kita tidak merasai waktu didalamnya.Ya, Hobby itu yang mengalihkan sebagian waktu untuk menjelajahi masa lalu yang mungkin sudah ditinggal sekarang ini, soal HTML, editable, dan bongkar bongkat source code.

Akan tetapi, hobby itu harus terhenti sejenak, saat panggilan untuk bersilaturahim dengan kampus sebelah, dengan harapan semakin eratnya tali yang menyambungkat antara saya dan anda, kami dan mereka, dia dan semuanya.

Begitu agung, suatu niat. Ketika niat itu tulus dan ikhlas, maka hasilnya pun tidak akan mengecewakan. Niat dengan Silaturahim kepada sesama anggota PTK atau FOKRI dan ingin menambah ilmu dan wawasan disana, eh malah dapet bonus ikut cerdas cermat dan dapet juara lagi :D #curcol

Ketika berdebat, Imam Asy-Syafi'i berprinsip bahwa beliau mengharapkan apa yang diucapkan lawan berdebatnya itu suatu kebenaran yang belum beliau ketahui, yang dengannya ilmu dan wawasan beliau bertambah. Nah, ini lah yang dipegang oleh saya, yang diniatkan ketika berangkat ke salah satu kampus kedinasan, yaitu STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistika).

Memasuki ruang Auditorium STIS membuat sedikit tercengang dengan keWAHannya.Walaupun tidak sebesar SC atau Gedung G, tapi soal WAH, itu sangat wah, cocok lah buat ada seminar dan kegiatan lainnya. Kemudian Lift, Ekskul Bridge ( Maen kartu ) dan lain lainnya, yang membuat tertegun, seakan akan belum mendapatkannya di kampus yang sekarang. (#ini bukan ngeluh loh, cuma perbandingan aja) #tetap bersyukur apa yang didapat.

Tetapi, ada yang lebih merindukan lagi, ketika berada di STIS, yaitu saat Sholat Dzuhur dan Ashar, yang mana, Jamaahnya itu sampai membeludak sampai keluar Masjid. Lah, klo sekarang, di kampus itu paling 2 atau 3 shoff. Seakan merindukan kondisi tingkat 1 yang mana masjid itu (MBM) ramai oleh jamaah. akan tetapi ada sedikit yang kurang membahagiakan, yaitu Perempuan-perempuan disana, memakai kerudung dengan ukuran yang sama dan warna yang sama. yang menurut sebagian kawan, agak kurang lebar. "ya do'akan saja, semoga ada perubahan peraturan dari atasnya"

Kita lanjut ke Cerdas cermat. Terdiri dari 3 babak. Babak pertama babak Benar salah. Babak kedua berisi isian Singkat dan Babak ketiga Soal Rebutan. Dari 2 Babak di pilihlah 4 finalis, dari 20 Peserta. Kemudian karena tidak ada bel, maka untuk membedakannya dalam siapa yang duluan, panitia menyiasatinya dengan Yel yel. Kelompok 1 :"Subhanallah" Kelompok 2 "Alhamdulillah" Kelompok 3 "Laa ilahaillallah" dan Kelompok 4 itu "Allahu Akbar".

Singkat cerita, pas di Final, dibabak Rebutan yang kebetulan kelompok 4, yang mana kalimat Allahu Akbar itu lebih mudah diucapkan dari pada kalimat 3 yang lainnya dalam hal cepet cepetan. Timku terdiri dari 3 orang, Me, Rusd, dan Zam. ada 3 karakter dari pertanyaan yang kami jawab yang merupakan spesialisasi kami di kampus :D

Pertanyaan pertama, kita dikasih gambar Palestina, kemudian ditanya mengenai letak dari Al Quds atau Masjidil Aqsa. maka, Me yang notabenenya sebagai Humas Listen menjawabnya dengan penuh keyakinan. Pertanyaan tipe kedua. Ada orang yang bersalaman. Kemudian pertanyaannya, "disebut apakah orang yang membayar Zakat ?". Maka dengan tenangnya, seorang dari kami, sebagai anggota BABM dan anak buahnya pak A---- Mu------, menjawab Muzakki. Tipe yang ketiga ditunjukan sebuah gambar Al Umm, dan ditanya mengenai siapa pengarangnya ? Kemudian seseorang dari kami yang dengan kapasitasnya mengenal para Ulama, dijawab dengan Muhammad bin Idris aka Imam Asy-Syafi'i.

Selesai dengan hal itu, kami pun langsung pulang. dan tentunya tak tinggal pamitan kami terhadap tuan rumah, yang membuat rindu ke kampus itu kembali. Tuan rumah yang ramah dengan keikhlasannya mengantarkan kami ke pintu Gerbang. Mudah mudahan, nanti kita bisa bertemu lagi dalam waktu dan tempat yang berbeda.




Sabtu, 5 January 2013
1 Hari di Kampus STIS

Friday 4 January 2013

Hari itu, Ibrahim dan Isma’il menyelesaikan tugas peradaban mereka, membina dan meninggikan dasar-dasar Baitullah. Kemudian berdo’a, do’a yang sederhana meminta agar amal-amalnya diterima. Do'a itu do'a yang tawadhu’. Memohon petunjuk untuk beribadah dalam ridhaNya. Doa itu, doa yang menyejarah. Memohon kesinambungan peradaban untuk suatu ummat yang terus membaca ayat-ayatNya, mempelajari Kitab dan hikmah, serta mensucikan dirinya.

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah 129)

Doa itu pun terjawab :

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Al Jumuah:2).


Inilah tiga langkah yang dilakukan Rasulullah dalam merevolusi masyarakat jahiliah, masyarakat yang berada dalam kesesatam nyata, menjadi guru dunia. Pertama, tilawah, berarti membacakan ayat-ayat Allah. Kedua, tazkiyah, artinya mensucikan. Dan ketiga, ta’lim, artinya mengajarkan. Secara ringkas kita menyebut tiga hal dari doa Ibrahim, ijabah Allah, dan langkah-langkah pembinaan Rasulullah itu dengan satu kata ringkas: tarbiyah. (1)

Kamis, 3 Januari 2013 tepatnya Ba'da Maghrib nyampe Isya merupakan awal bagi kami untuk melakukan hal itu di tahun 2013. Begitu indah, begitu Nikmat, begitu syahdu, ketika bertemu dengan temen temen segenk, yang notabenenya telah berpisah, kurang lebih 3 minggu lamanya.

Diawal pertemuan ini tersajikan kultum dari personil genk kami mengenai Istiqomah. Pengertian  Istiqomah Menurut Imam Al Qurthubi, istiqamah adalah terus menerus di suatu arah tanpa menoleh ke kanan ke kiri. Sedangkan Menurut Ibnu Katsir merupakan Keikhlasan kepada Allah dalam melakukan suatu ketaatan. Jadi Istiqomah simplenya bertahan dalam melaksanakan suatu perintah (ketaatan) dan Ikhlas karena Allah.

Hambatan dari Istiqomah ada 3, yaitu Internal, eksternal dan Lingkungan. Internal itu mengenai Hambatan Jiwa seperti rasa gelisah dan sedih, kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil. Eksternal itu mengenai hambatan dari Syaithon, seperti tipu daya, ajakannya (2:168). Dan dari lingkungan, soal Lingkungan yang kurang kondusif.

Solusi untuk bisa beristiqomah sekurang kurangnya ada 3, yaitu Menanamkan keikhlasan beribadah dalam diri, Bersungguh sungguh dalam melaksanakan yang wajib, serta Berdoa Kepada Allah agar di Istiqomahkan di JalanNya.

Kemudian setelah kultum, diisi dengan Ta'lim, yang singkat dan Padat, mengenai Menyikapi Kegalauan dalam Diri. Setiap orang dalam dirinya Punya naluri. Salah satu nalurinya yaitu Naluri untuk mempertahankan hidup. Karena Naluri mempertahankan hidup inilah, menjadi cikal bakal adanya kegelisahan atau kekhawatiran akan hal hal yang tidak baik menimpa dirinya. Maka Jadilah "Galau". Atau dengan kata lain, khawatir akan hal hal yang belum tentu terjadi merupakan sebab munculnya galau.

Lantas, Bagaimana kita menyikapi hal tersebut ?
"Tidak beriman seseorang sampai dia diuji dulu keimanannya...". Dengan apa kita diuji. Allah menjelaskan kepada kita dalam Ayat ayatnya yang mulia dalam surat Al Baqarah ayat 155 - 157

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

So, masih panteskah kita galau ?





Sumber :
  • Al Quran 
  • Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim - Salim A Fillah  - Pro-U Media hal 135-136
  • Kumpul Perdana 2013

Hari itu, Ibrahim dan Isma’il menyelesaikan tugas peradaban mereka, membina dan meninggikan dasar-dasar Baitullah. Kemudian berdo’a, do’a yang sederhana meminta agar amal-amalnya diterima. Do'a itu do'a yang tawadhu’. Memohon petunjuk untuk beribadah dalam ridhaNya. Doa itu, doa yang menyejarah. Memohon kesinambungan peradaban untuk suatu ummat yang terus membaca ayat-ayatNya, mempelajari Kitab dan hikmah, serta mensucikan dirinya.

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah 129)

Doa itu pun terjawab :

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Al Jumuah:2).


Inilah tiga langkah yang dilakukan Rasulullah dalam merevolusi masyarakat jahiliah, masyarakat yang berada dalam kesesatam nyata, menjadi guru dunia. Pertama, tilawah, berarti membacakan ayat-ayat Allah. Kedua, tazkiyah, artinya mensucikan. Dan ketiga, ta’lim, artinya mengajarkan. Secara ringkas kita menyebut tiga hal dari doa Ibrahim, ijabah Allah, dan langkah-langkah pembinaan Rasulullah itu dengan satu kata ringkas: tarbiyah. (1)

Kamis, 3 Januari 2013 tepatnya Ba'da Maghrib nyampe Isya merupakan awal bagi kami untuk melakukan hal itu di tahun 2013. Begitu indah, begitu Nikmat, begitu syahdu, ketika bertemu dengan temen temen segenk, yang notabenenya telah berpisah, kurang lebih 3 minggu lamanya.

Diawal pertemuan ini tersajikan kultum dari personil genk kami mengenai Istiqomah. Pengertian  Istiqomah Menurut Imam Al Qurthubi, istiqamah adalah terus menerus di suatu arah tanpa menoleh ke kanan ke kiri. Sedangkan Menurut Ibnu Katsir merupakan Keikhlasan kepada Allah dalam melakukan suatu ketaatan. Jadi Istiqomah simplenya bertahan dalam melaksanakan suatu perintah (ketaatan) dan Ikhlas karena Allah.

Hambatan dari Istiqomah ada 3, yaitu Internal, eksternal dan Lingkungan. Internal itu mengenai Hambatan Jiwa seperti rasa gelisah dan sedih, kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil. Eksternal itu mengenai hambatan dari Syaithon, seperti tipu daya, ajakannya (2:168). Dan dari lingkungan, soal Lingkungan yang kurang kondusif.

Solusi untuk bisa beristiqomah sekurang kurangnya ada 3, yaitu Menanamkan keikhlasan beribadah dalam diri, Bersungguh sungguh dalam melaksanakan yang wajib, serta Berdoa Kepada Allah agar di Istiqomahkan di JalanNya.

Kemudian setelah kultum, diisi dengan Ta'lim, yang singkat dan Padat, mengenai Menyikapi Kegalauan dalam Diri. Setiap orang dalam dirinya Punya naluri. Salah satu nalurinya yaitu Naluri untuk mempertahankan hidup. Karena Naluri mempertahankan hidup inilah, menjadi cikal bakal adanya kegelisahan atau kekhawatiran akan hal hal yang tidak baik menimpa dirinya. Maka Jadilah "Galau". Atau dengan kata lain, khawatir akan hal hal yang belum tentu terjadi merupakan sebab munculnya galau.

Lantas, Bagaimana kita menyikapi hal tersebut ?
"Tidak beriman seseorang sampai dia diuji dulu keimanannya...". Dengan apa kita diuji. Allah menjelaskan kepada kita dalam Ayat ayatnya yang mulia dalam surat Al Baqarah ayat 155 - 157

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

So, masih panteskah kita galau ?





Sumber :
  • Al Quran 
  • Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim - Salim A Fillah  - Pro-U Media hal 135-136
  • Kumpul Perdana 2013

Wednesday 2 January 2013

Mungkin kalian pernah berpikir seperti ini "Ngapain sih berdakwah atau menyeru ke orang lain, diri sendiri aja masih belum bener ? ". Pernah kan ?
Ya, saya pun pernah berpikir seperti itu. Dengan kondisi sekarang yang masih amburadul, baca qur'an Belum fasih, belum bisa ilmu Nahwu Shorrof, belum bisa bahasa arab dan lain lainnya, yang kalau dipikir pikir, mikirin diri sendiri aja masih ribet, eh ini malau mau ngurusin orang lain.

Eitts, tapi tunggu dulu,,,

Syeikh Mustafa Masyhur didalam buku Fiqih Dakwahnya ada suatu kaidah yang agung menyebutkan bahwa Aslih Nafsaka wad'u ghairuka" (Perbaikilah dirimu dan serulah orang selainmu).  Maknanya kepekaan jiwa itu seharusnya ada pada kedua belah pihak iaitu kita dan orang lain. Ketika kita menyeru kepada orang lain, jangan lupa untuk memperbaiki diri atau mempersiapkan diri kita untuk menjadi seorang muslim yang ideal. Jangan seperti kata penyair arab kita menjadi doktor yang merawat orang lain tapi kita sendiripun sakit tetapi tidak dipeduli. 

Untuk menjadi Muslim yang ideal, itu setidak tidaknya mempunyai 10 ciri, 10 ciri tersebut yaitu :
  1. Salimul Aqidah, |Beraqidah Lurus| Seseorang dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah melalui tuntunan Al-Qur’an dan Sunah.
  2. Shahihul ’ibadah, |Beribadah yang benar| Seseorang dituntut untuk beribadah sesuai petunjuk yang disyariatkan oleh Rasulullah Saw.
  3. Matinul Khuluq, |Berakhlak Baik| seseorang dituntut memiliki ketangguhan akhlaq, sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
  4. Qadirin ‘alal kasbi, |Berusaha Mandiri| Seseorang dituntut untuk menunjukkan kreativitas dan potensinya dalam dunia kerja.
  5. Mutsaqqaful fikri, |Berwawasan Luas| Seseorang dituntut untuk memiliki wawasan yang luas.
  6. Qawiyyul Jismi, |Berfisik Kuat| Seseorang dituntut untuk memiliki kekuatan atau kesehatan jasmani. Jadi, ayo Joging dan Olahraga
  7. Mujahidun lin nafsi, |Mengekang Hawa Nafsu| seseorang dituntut untuk memerangi hawa nafsunya. 
  8. Munadzam fi syu’unihi, |Disiplin dalam berbagai Hal|Seseorang dituntut untuk mengatur seluruh urusannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Islam.
  9. Haritsun ‘alal waktihi, |Mengatur Waktu| seseorang dituntut untuk mampu memelihara waktunya. '
  10. Nafi’un lighairihi, |Bermanfaat bagi orang lain| Seseorang dituntut untuk bermanfaat bagi yang lain. 
ya, itulah 10 ciri pribadi Muslim yang ideal. Mudah mudahan kita bisa menerapkannya. Dan jangan lupa, saat kita memperbaiki diri, jangan lupa untuk menyeru kepada orang lain.
 

Mungkin kalian pernah berpikir seperti ini "Ngapain sih berdakwah atau menyeru ke orang lain, diri sendiri aja masih belum bener ? ". Pernah kan ?
Ya, saya pun pernah berpikir seperti itu. Dengan kondisi sekarang yang masih amburadul, baca qur'an Belum fasih, belum bisa ilmu Nahwu Shorrof, belum bisa bahasa arab dan lain lainnya, yang kalau dipikir pikir, mikirin diri sendiri aja masih ribet, eh ini malau mau ngurusin orang lain.

Eitts, tapi tunggu dulu,,,

Syeikh Mustafa Masyhur didalam buku Fiqih Dakwahnya ada suatu kaidah yang agung menyebutkan bahwa Aslih Nafsaka wad'u ghairuka" (Perbaikilah dirimu dan serulah orang selainmu).  Maknanya kepekaan jiwa itu seharusnya ada pada kedua belah pihak iaitu kita dan orang lain. Ketika kita menyeru kepada orang lain, jangan lupa untuk memperbaiki diri atau mempersiapkan diri kita untuk menjadi seorang muslim yang ideal. Jangan seperti kata penyair arab kita menjadi doktor yang merawat orang lain tapi kita sendiripun sakit tetapi tidak dipeduli. 

Untuk menjadi Muslim yang ideal, itu setidak tidaknya mempunyai 10 ciri, 10 ciri tersebut yaitu :
  1. Salimul Aqidah, |Beraqidah Lurus| Seseorang dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah melalui tuntunan Al-Qur’an dan Sunah.
  2. Shahihul ’ibadah, |Beribadah yang benar| Seseorang dituntut untuk beribadah sesuai petunjuk yang disyariatkan oleh Rasulullah Saw.
  3. Matinul Khuluq, |Berakhlak Baik| seseorang dituntut memiliki ketangguhan akhlaq, sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
  4. Qadirin ‘alal kasbi, |Berusaha Mandiri| Seseorang dituntut untuk menunjukkan kreativitas dan potensinya dalam dunia kerja.
  5. Mutsaqqaful fikri, |Berwawasan Luas| Seseorang dituntut untuk memiliki wawasan yang luas.
  6. Qawiyyul Jismi, |Berfisik Kuat| Seseorang dituntut untuk memiliki kekuatan atau kesehatan jasmani. Jadi, ayo Joging dan Olahraga
  7. Mujahidun lin nafsi, |Mengekang Hawa Nafsu| seseorang dituntut untuk memerangi hawa nafsunya. 
  8. Munadzam fi syu’unihi, |Disiplin dalam berbagai Hal|Seseorang dituntut untuk mengatur seluruh urusannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Islam.
  9. Haritsun ‘alal waktihi, |Mengatur Waktu| seseorang dituntut untuk mampu memelihara waktunya. '
  10. Nafi’un lighairihi, |Bermanfaat bagi orang lain| Seseorang dituntut untuk bermanfaat bagi yang lain. 
ya, itulah 10 ciri pribadi Muslim yang ideal. Mudah mudahan kita bisa menerapkannya. Dan jangan lupa, saat kita memperbaiki diri, jangan lupa untuk menyeru kepada orang lain.
 

Tuesday 1 January 2013

Berbicara mengenai amal atau sesuatu yang kita lakukan, tentu tidak luput dari Ilmu dan Keikhlasan. Karena amal (aktivitas) merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan.
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghailb dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,"' (At-Taubah: 105)

Dalam melakukan amal / aktivitas, itu ada tingkatannya (setidaknya ada 7) :

  1.  Perbaikan diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang kuat fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat aqidahnya, benar ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain.
  2. Pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar menghargai fikrahnya, menjaga etika Islam dalam setiap aktivitas kehidupan rumah tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik, serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip Islam. 
  3. Bimbingan masyarakat, yakni dengan menyebarkan dakwah, memerangi perilaku yang kotor dan munkar, mendukung perilaku utama, amar ma'ruf, bersegera mengerjakan kebaikan, menggiring opini umum untuk memahami fikrah islamiyah dan mencelup praktek kehidupan dengannya terus-menerus. Itu semua adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap akh sebagai pribadi, juga kewajiban bagi jamaah sebagai institusi yang dinamis. 
  4.  Memerdekakan tanah Air. Yaitu dengan cara Pembebasan tanah air dari setiap penguasa. asing -non-Islam- baik secara politik, ekonomi, maupun moral.
  5. Memperbaiki keadaan pemerintah, sehingga menjadi pemerintah Islam yang baik. Dengan begitu ia dapat memainkan perannya sebagai pelayan umat dan pekerja yang bekerja demi kemaslahatan mereka. pemerintah Islam adalah pemerintah yang anggotanya terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan kewajiban-kewajiban Islam, tidak berterang-terangan dengan kemaksiatan, dan konsisten menerapkan hukum-hukum serta ajaran Islam. 
  6. Mengembalikan eksistensi kenegaraan bagi umat islam. Hal demikian itu dilakukan dengan cara membebaskan seluruh negeri, membangun kejayaannya, mendekatkan peradabannya, dan menyatukan katakatanya, sehingga dapat mengembalikan tegaknya kekuasan khilafah yang telah hilang dan terwujudnya persatuan yang di impi-impikan bersama.
  7.  Kepeloporan International (Ustadziyatul 'alam). Yaitu dengan menyebarkan dakwah islam keseluruh penjuru dunia. 

Empat yang terakhir ini wajib ditegakkan oleh jamaah dan oleh setiap akh sebagai anggota dalam jamaah itu. Sungguh, betapa besarnya tanggung jawab ini dan betapa agungnya tujuan ini. Orang melihatnya sebagai khayalan, sedangkan seorang muslim melihatnya sebagai kenyataan. Kita tidak pernah putus asa meraihnya dan -bersama Allah- kita memiliki cita-cita luhur.

    "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak Mengetahuinya " (Yusuf: 21)
 Diambil dari Buku Rukun Amal Seri Arkanul Bai'ah
Ali Abdul Halim Mahmud

Berbicara mengenai amal atau sesuatu yang kita lakukan, tentu tidak luput dari Ilmu dan Keikhlasan. Karena amal (aktivitas) merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan.
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghailb dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,"' (At-Taubah: 105)

Dalam melakukan amal / aktivitas, itu ada tingkatannya (setidaknya ada 7) :

  1.  Perbaikan diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang kuat fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat aqidahnya, benar ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain.
  2. Pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar menghargai fikrahnya, menjaga etika Islam dalam setiap aktivitas kehidupan rumah tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik, serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip Islam. 
  3. Bimbingan masyarakat, yakni dengan menyebarkan dakwah, memerangi perilaku yang kotor dan munkar, mendukung perilaku utama, amar ma'ruf, bersegera mengerjakan kebaikan, menggiring opini umum untuk memahami fikrah islamiyah dan mencelup praktek kehidupan dengannya terus-menerus. Itu semua adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap akh sebagai pribadi, juga kewajiban bagi jamaah sebagai institusi yang dinamis. 
  4.  Memerdekakan tanah Air. Yaitu dengan cara Pembebasan tanah air dari setiap penguasa. asing -non-Islam- baik secara politik, ekonomi, maupun moral.
  5. Memperbaiki keadaan pemerintah, sehingga menjadi pemerintah Islam yang baik. Dengan begitu ia dapat memainkan perannya sebagai pelayan umat dan pekerja yang bekerja demi kemaslahatan mereka. pemerintah Islam adalah pemerintah yang anggotanya terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan kewajiban-kewajiban Islam, tidak berterang-terangan dengan kemaksiatan, dan konsisten menerapkan hukum-hukum serta ajaran Islam. 
  6. Mengembalikan eksistensi kenegaraan bagi umat islam. Hal demikian itu dilakukan dengan cara membebaskan seluruh negeri, membangun kejayaannya, mendekatkan peradabannya, dan menyatukan katakatanya, sehingga dapat mengembalikan tegaknya kekuasan khilafah yang telah hilang dan terwujudnya persatuan yang di impi-impikan bersama.
  7.  Kepeloporan International (Ustadziyatul 'alam). Yaitu dengan menyebarkan dakwah islam keseluruh penjuru dunia. 

Empat yang terakhir ini wajib ditegakkan oleh jamaah dan oleh setiap akh sebagai anggota dalam jamaah itu. Sungguh, betapa besarnya tanggung jawab ini dan betapa agungnya tujuan ini. Orang melihatnya sebagai khayalan, sedangkan seorang muslim melihatnya sebagai kenyataan. Kita tidak pernah putus asa meraihnya dan -bersama Allah- kita memiliki cita-cita luhur.

    "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak Mengetahuinya " (Yusuf: 21)
 Diambil dari Buku Rukun Amal Seri Arkanul Bai'ah
Ali Abdul Halim Mahmud