Ilmu adalah binatang Buruan.
Dan Pena yang menuliskan adalah tali Pengekangnya
-Imam Asy Syafi'i-

Tuesday 7 May 2013

Dalam suatu perjalanan ada kalanya sesuatu itu tertinggal, jatuh, dan tak terlihat. Begitu pun dengan jalan para pendahulu kita, mungkin dari para pengikutnya ada yang berpegang teguh, dan ada pula yang berjatuhan.

Jatuh, satu kata yang mungkin bisa sangat bermakna jika digabung dengan "cinta" atau "hati". Tapi itu bukan yang menjadi topik kita sekarang ini. Beberapa hari yang lalu, Rabu kamaren ada pembukaan UI IBF. Dan alhamdulillah sempat untuk berkunjung sejenak, untuk berniat melihat pak Gubernur, tapi tak kesampaian. Akan tetapi Alhamdulillah, masih bisa bawa Oleh-oleh sebuah buku.

Buku karya Fathi Yakan yang berjudul "yang BERJATUHAN di Jalan DAKWAH. Mungkin ini sebagai resensi dari buku tersebut. Begitu sederhana tapi mengena. Menggambarkan fenomena yang pernah terjadi pada masa pendahulu dan sebab-sebabnya pada masa kini.

Di bagian pertama, setidaknya ada beberapa kisah, diantaranya 3 ini.

1. Kisah Ka'ab bin Malik yang tertinggal dalam perang Tabuk. Ketika itu ia tidak ikut dalam peperangan, dan berkata jujur pada Rasullullah ketika ditanya kenapa ia tidak ikut dalam perang tersebut. Kita tahu bahwa kemudian ia diasingkan selama kurang lebih 50 hari. Bumi seakan menjadi sempit. akan tetapi ada kesempitan lain ketika ia mendapatkan tawaran sebuah jabatan dari Raja Ghassan.

2. Kisah Berita Bohong yang menimpa Aisyah ra. yang menyebabkan beliau menangis tiada henti. Hingga akhirnya Allah menurunkan ayatnya yang membersihkan nama beliau.

3. Kisah Abu Lubabah tentang suatu tindakan penghianatan terhadap Rasullullah. Akan tetapi ia cepat tersadar dan langsung bertaubat dengan mengikatkan diri pada tiang Masjid, sampai taubatnya diterima (ayat turun)

Dibagian kedua, ada beberapa sebab dari berguguran di jalan Dakwah (TASAQUTH), dibagi menjadi tiga (3) bagian :

a. Sebab-sebab yang bersumber dari pergerakan. Ini bisa dari Lemahnya aspek Tarbiyah, Tidak Proporsionalnya memposisikan anggota, tidak memberdayakan semua anggota, lemahnya kontrol, kurang sigap dan konflik internal

b. Sebab-sebab yang bersumber dari individu. diantaranya, watak yang indisipliner, takut mati dan miskin, sikap ekstrim dan berlebihan, sikan mempermudah dan menganggap enteng, Ghurur dan senang tampil, cemburu terhadap orang lain, dan lain lain.

c. Sebab-sebab Eksternal. Mulai dari Tekanan tribulasi, keluarga, lingkungan, Gerakan desruktif dan tekanan dari Figuritas.

Kurang lebih itulah isi dari bukunya. Lebih asyik kalo baca sendiri dan beli tentunya. Bisa dibeli di Fatahillah atau toko buku terdekat.

Kita masih harus bersyukur, ketika kita futur, tidak sampai diasingkan sampai 50 hari di bumi ini. Ketika futur kita masih bisa kembali ke dalam jamaah ini secepat yang kita bisa dan kembali ber amal jama'i.

Ahhh,, begitu banyak nikmat yang harus di Syukuri.

Ditulis ketika sedang agak malas beribadah atau futur :D




Dalam suatu perjalanan ada kalanya sesuatu itu tertinggal, jatuh, dan tak terlihat. Begitu pun dengan jalan para pendahulu kita, mungkin dari para pengikutnya ada yang berpegang teguh, dan ada pula yang berjatuhan.

Jatuh, satu kata yang mungkin bisa sangat bermakna jika digabung dengan "cinta" atau "hati". Tapi itu bukan yang menjadi topik kita sekarang ini. Beberapa hari yang lalu, Rabu kamaren ada pembukaan UI IBF. Dan alhamdulillah sempat untuk berkunjung sejenak, untuk berniat melihat pak Gubernur, tapi tak kesampaian. Akan tetapi Alhamdulillah, masih bisa bawa Oleh-oleh sebuah buku.

Buku karya Fathi Yakan yang berjudul "yang BERJATUHAN di Jalan DAKWAH. Mungkin ini sebagai resensi dari buku tersebut. Begitu sederhana tapi mengena. Menggambarkan fenomena yang pernah terjadi pada masa pendahulu dan sebab-sebabnya pada masa kini.

Di bagian pertama, setidaknya ada beberapa kisah, diantaranya 3 ini.

1. Kisah Ka'ab bin Malik yang tertinggal dalam perang Tabuk. Ketika itu ia tidak ikut dalam peperangan, dan berkata jujur pada Rasullullah ketika ditanya kenapa ia tidak ikut dalam perang tersebut. Kita tahu bahwa kemudian ia diasingkan selama kurang lebih 50 hari. Bumi seakan menjadi sempit. akan tetapi ada kesempitan lain ketika ia mendapatkan tawaran sebuah jabatan dari Raja Ghassan.

2. Kisah Berita Bohong yang menimpa Aisyah ra. yang menyebabkan beliau menangis tiada henti. Hingga akhirnya Allah menurunkan ayatnya yang membersihkan nama beliau.

3. Kisah Abu Lubabah tentang suatu tindakan penghianatan terhadap Rasullullah. Akan tetapi ia cepat tersadar dan langsung bertaubat dengan mengikatkan diri pada tiang Masjid, sampai taubatnya diterima (ayat turun)

Dibagian kedua, ada beberapa sebab dari berguguran di jalan Dakwah (TASAQUTH), dibagi menjadi tiga (3) bagian :

a. Sebab-sebab yang bersumber dari pergerakan. Ini bisa dari Lemahnya aspek Tarbiyah, Tidak Proporsionalnya memposisikan anggota, tidak memberdayakan semua anggota, lemahnya kontrol, kurang sigap dan konflik internal

b. Sebab-sebab yang bersumber dari individu. diantaranya, watak yang indisipliner, takut mati dan miskin, sikap ekstrim dan berlebihan, sikan mempermudah dan menganggap enteng, Ghurur dan senang tampil, cemburu terhadap orang lain, dan lain lain.

c. Sebab-sebab Eksternal. Mulai dari Tekanan tribulasi, keluarga, lingkungan, Gerakan desruktif dan tekanan dari Figuritas.

Kurang lebih itulah isi dari bukunya. Lebih asyik kalo baca sendiri dan beli tentunya. Bisa dibeli di Fatahillah atau toko buku terdekat.

Kita masih harus bersyukur, ketika kita futur, tidak sampai diasingkan sampai 50 hari di bumi ini. Ketika futur kita masih bisa kembali ke dalam jamaah ini secepat yang kita bisa dan kembali ber amal jama'i.

Ahhh,, begitu banyak nikmat yang harus di Syukuri.

Ditulis ketika sedang agak malas beribadah atau futur :D




Saturday 4 May 2013

Bahkan serigala dan kambing hidup damai di masa pemerintahannya. Tidak ada serigala yang memangsa kambing pada masa itu.Di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakannya yang melindungi rakyat kecil. Pada masanya, orang-orang kaya membayar zakat sehingga kemakmuran benar-benar terwujud. Konon, saat itu sulit menemukan para penerima zakat lantaran kemakmuran begitu merat.

Ya, itulah zaman ketika Umar bin Abdul Aziz memerintah. Cukup singkat, sekitar 2,5 Tahun. Akan tetapi beliau bisa merubah Daulah Umayah yang sebelumnya terkenal Korup, menjadi Bersih dan cemerlang sampai sampai kebingungan mencari orang yang berhak menerima zakat, saking makmurnya pada zaman itu.


Ada suatu hal yang menarik, ketika 'Umar ibn 'Abdil 'Aziz menulis surat meminta nasehat Hasan Al Bashri (ulama pada zaman itu). Maka Hasan Al Bashri membalas, 


"Amma ba'du. 
Durhakailah hawa nafsumu. 
Wassalam."


Begitu singkat, padat dan berisi. Durhakailah hawa nafsumu.
Ketika kita malas untuk bangun malam, hawa nafsu kita menuntuk kita untuk tidur lebih lama, maka durhakailah hawa nafsumu!!
Ketika selesai subuh, hawa nafsu kita menuntun kita untuk tidur lagi, maka durhakailah hawa nafsumu!!
Bahkan imam Asy Syafi'i menganjurkan kepada kita, jika ada beberapa pilihan, maka pilihlah yang berkebelakangan dengan hawa nafsumu. Durhakailah hawa nafsumu!!

Durhakailah hawa nafsumu! 3 kata yang begitu singkat, padat dan mengena. Mungkin bisa menjadi pemicu kita dalam beramal dan berkontribusi.


Ditulis saat-saat diri ini malas untuk beraktifitas
Sumber kisah: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni

Bahkan serigala dan kambing hidup damai di masa pemerintahannya. Tidak ada serigala yang memangsa kambing pada masa itu.Di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakannya yang melindungi rakyat kecil. Pada masanya, orang-orang kaya membayar zakat sehingga kemakmuran benar-benar terwujud. Konon, saat itu sulit menemukan para penerima zakat lantaran kemakmuran begitu merat.

Ya, itulah zaman ketika Umar bin Abdul Aziz memerintah. Cukup singkat, sekitar 2,5 Tahun. Akan tetapi beliau bisa merubah Daulah Umayah yang sebelumnya terkenal Korup, menjadi Bersih dan cemerlang sampai sampai kebingungan mencari orang yang berhak menerima zakat, saking makmurnya pada zaman itu.


Ada suatu hal yang menarik, ketika 'Umar ibn 'Abdil 'Aziz menulis surat meminta nasehat Hasan Al Bashri (ulama pada zaman itu). Maka Hasan Al Bashri membalas, 


"Amma ba'du. 
Durhakailah hawa nafsumu. 
Wassalam."


Begitu singkat, padat dan berisi. Durhakailah hawa nafsumu.
Ketika kita malas untuk bangun malam, hawa nafsu kita menuntuk kita untuk tidur lebih lama, maka durhakailah hawa nafsumu!!
Ketika selesai subuh, hawa nafsu kita menuntun kita untuk tidur lagi, maka durhakailah hawa nafsumu!!
Bahkan imam Asy Syafi'i menganjurkan kepada kita, jika ada beberapa pilihan, maka pilihlah yang berkebelakangan dengan hawa nafsumu. Durhakailah hawa nafsumu!!

Durhakailah hawa nafsumu! 3 kata yang begitu singkat, padat dan mengena. Mungkin bisa menjadi pemicu kita dalam beramal dan berkontribusi.


Ditulis saat-saat diri ini malas untuk beraktifitas
Sumber kisah: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni

Friday 3 May 2013

Dihargai dan menghargai merupakan dua kata yang berasal dari kata harga. Harga merupakan sesuatu yang mempunyai nilai. Maka suatu penghargaan merupakan penilaian atas suatu harga.

Tentu, kita hidup di dunia ini ingin dihargai. Siapapun itu. Kaya atau miskin, Baik atau Jahat, Tinggi atau pendek, orang kota atau orang desa dan siapapun itu, pasti ingin dihargai. Cuma pertanyaannya sekarang, sudahkah kita menghargai orang lain?

Kadang kita ingin selalu menerima tanpa memikirkan apakah kita telah memberi. Seperti halnya menghargai dan dihargai. Kadang kita selalu ingin dihargai tanpa memikirkan apakah kita sudah menghargai orang lain?

Belajarlah untuk menghargai orang terlebih dahulu, sebelum kita ingin dihargai. Karena dengan proses menghargai terlebih dahulu, itu akan memberikan kita rasa bagaimana seseorang ketika menghargai kita.

Begitupun dalam hal struktural. Biasanya ada pimpinan dan ada bawahan atau staff. Seburuk apapun pemimpin kita, wajib kita untuk tetap mematuhinya selama tidak menyuruh kepada hal yang buruk atau membinasakan.

Taat kepada pemimpin itu Wajib, walaupun pemimpin itu seorang budak.
“ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak"
(Potongan Hadits Arbain ke 28)
Bahkan kepada pemimpin yang kita anggap lebih rendah dari kita pun (sebanding dengan budak) kita wajib untuk menaatinya selama apa yang diperintahkannya itu bukan suatu kemaksiatan.

Bagaimana di Negeri ini? Apakah kita telah menghargai dan taat pada pemimpin kita? Yah minimal menghargainya lah, sebagai Pemimpin Negeri ini, karena tidak mudah loh dalam mengelola suatu Negeri. Kritik tetap boleh diutarakan dan penghargaan harus tetap di utamakan.

Lebih dalam mengambil scope yang lebih kecil. Bagaimana penghargaan kita kepada pemimpin Organisasi kita? Apakah ada sebesit penghargaan untuk pemimpin kita yang di amanahi suatu jabatan?

Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak tau berterima kasih atau tidak mau menghargai pemimpin kita dikarenakan pemimpin kita lemah, atau rendah seperti budak. Jika ia telah menjadi pemimpin kita, Hargai!, Cintai!, dan Hormati!,

Tentu, saling menasehati kepada pemimpin tidak terlepas dalam hal itu.

Dihargai dan menghargai merupakan dua kata yang berasal dari kata harga. Harga merupakan sesuatu yang mempunyai nilai. Maka suatu penghargaan merupakan penilaian atas suatu harga.

Tentu, kita hidup di dunia ini ingin dihargai. Siapapun itu. Kaya atau miskin, Baik atau Jahat, Tinggi atau pendek, orang kota atau orang desa dan siapapun itu, pasti ingin dihargai. Cuma pertanyaannya sekarang, sudahkah kita menghargai orang lain?

Kadang kita ingin selalu menerima tanpa memikirkan apakah kita telah memberi. Seperti halnya menghargai dan dihargai. Kadang kita selalu ingin dihargai tanpa memikirkan apakah kita sudah menghargai orang lain?

Belajarlah untuk menghargai orang terlebih dahulu, sebelum kita ingin dihargai. Karena dengan proses menghargai terlebih dahulu, itu akan memberikan kita rasa bagaimana seseorang ketika menghargai kita.

Begitupun dalam hal struktural. Biasanya ada pimpinan dan ada bawahan atau staff. Seburuk apapun pemimpin kita, wajib kita untuk tetap mematuhinya selama tidak menyuruh kepada hal yang buruk atau membinasakan.

Taat kepada pemimpin itu Wajib, walaupun pemimpin itu seorang budak.
“ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak"
(Potongan Hadits Arbain ke 28)
Bahkan kepada pemimpin yang kita anggap lebih rendah dari kita pun (sebanding dengan budak) kita wajib untuk menaatinya selama apa yang diperintahkannya itu bukan suatu kemaksiatan.

Bagaimana di Negeri ini? Apakah kita telah menghargai dan taat pada pemimpin kita? Yah minimal menghargainya lah, sebagai Pemimpin Negeri ini, karena tidak mudah loh dalam mengelola suatu Negeri. Kritik tetap boleh diutarakan dan penghargaan harus tetap di utamakan.

Lebih dalam mengambil scope yang lebih kecil. Bagaimana penghargaan kita kepada pemimpin Organisasi kita? Apakah ada sebesit penghargaan untuk pemimpin kita yang di amanahi suatu jabatan?

Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak tau berterima kasih atau tidak mau menghargai pemimpin kita dikarenakan pemimpin kita lemah, atau rendah seperti budak. Jika ia telah menjadi pemimpin kita, Hargai!, Cintai!, dan Hormati!,

Tentu, saling menasehati kepada pemimpin tidak terlepas dalam hal itu.