Ilmu adalah binatang Buruan.
Dan Pena yang menuliskan adalah tali Pengekangnya
-Imam Asy Syafi'i-

Monday 7 January 2013

Orang yang mencela kita itu ibarat cermin ajaib. Ia yang memberitahu kelemahan kita. Ia yang menunjukkan kebodohan kita. Ia yang menyadarkan bahwa kita masih punya sisi buruk dan perlu berbenah. Sungguh sangat layak kita berucap terima kasih kepada yang telah mencela kita. 

Terkadang kita juga tidak punya waktu merenungi diri sendiri. Orang yang mencela, menyediakan waktu untuk memperbaiki kita. Ia bersusah payah mencari kata agar ucapannya didengar dan diperhatikan oleh kita. Agar suara itu terdengar oleh kita terkadang ia meminta bantuan orang lain untuk sama-sama menghujat kita. Maka berterima kasihlah kepada orang yang telah rela menyediakan waktu untuk kita. 

Bagaimana kalau ia mencela diri kita tanpa kita ketahui? Bersyukurlah karena itu akan mengurangi dosa kita. Bila dosa-dosa yang ada pada kita sudah habis karena ia cela dan ia tetap mencela maka kebaikan yang ia lakukan akan diberikan kepada kita. Ucapan terima kasih sangat layak diberikan kepada orang yang rela dan bersedia mengurangi dosa kita. 

Itulah, 3 Paragraf terakhir, yang ditulis oleh Motivator Sukses Mulia, Jamil Azzaini pada Websitenya, pada 7 Januari 2013, lengkapnya bisa dibaca disini 

Membaca tiga paragraf diatas, sungguh membuat hari tertegun, tertegun merenungi apa-apa yang telah terlewatkan, apa apa yang telah terlalui dan apa-apa yang telah terjadi. Mungkin, saya atau anda sering menjadi OBJEK yang dicelai or istilahnya Bullyable. Patut senang dan sedih karena keduanya saling keterkaitan. Senang karena ada yang mengingatkan dan mengoreksi, dan sedih karena masih banyak kekurangan, akan tetapi itulah yang mesti kita bentuk, agar kekurangan ini bisa diminimalisir.

Ibarat mempunyai sebuah "jam beker", yang dengannya secara otomatis akan mengingatkan kita akan kekurangan kita, kebodohan kita dan keburukan kita, yang mana kadang kita sendiri kurang mempunyai waktu untuk merenungi keadaan diri sendiri, maka sudah sepatutnya lah kita berterima kasih kepada "jam beker" itu.

Lantas, bagaimana kita menyikapi orang yang mencela kita ?.
Jika ia mencela kekurangan, kebodohan dan keburukan kita, maka kita mesti bebenah akan hal itu, dan berterima kasih. Berbenahlah, atau benahilah dirimu. Urusanmu hanya pada yang maha Kuasa. Urusan celaannya itu, ya urusan dia sama sang Pencipta. Yang penting, kamu tidak seperti orang pencela, yang penting tidak ada yang tersakiti oleh lisanmu, dan yang terpenting Allah Ridho kepadamu.

Untuk semua orang yang senang Mencela, dan Membully, Saya Ucapkan Terima Kasih :D


0 comments:

Post a Comment

comment