Ilmu adalah binatang Buruan.
Dan Pena yang menuliskan adalah tali Pengekangnya
-Imam Asy Syafi'i-

Sunday 6 January 2013

Hari ini, "Peninggalan Rasulullah telah dibagi bagi". ia dibagikan di sebuah gedung yang bernama Student Centre. Peninggalan tersebut, terbagi atas dua bagian besar, yang pertama soal interaksi antara lawan jenis, dan yang kedua, soal Menulis. Adakah yang lebih baik dari itu pada hari ini ?

Dimulai dari salah satu bagian Peninggalan rasulullah, ya yaitu tentang interaksi kepada lawan jenis. Khalwat itu berasal dari kata yang maknanya menyepi, menyendiri, mengasingkan diri bersama dengan seseorang tanpa kersertaan orang lain. Secara istilah, khalwat sering digunakan untuk hubungan antara dua orang dimana mereka menyepi dari pengetahuan atau campur tangan pihak lain, kecuali hanya mereka berdua. Jadi intinya, hanya berdua, antara pria dan wanita. entah apapun itu alasannya, mau rapat, kordinasi, rekonsiliasi maupun konsolidasi.

Kemudian muncul pertanyaan, yang pertama bagaimana jika mereka berdua dalam keadaan ramai dan yang kedua di dunia maya atau digital. Jika mereka berdua, meskipun di kondisi ramai, itu sama saja kecuali semuanya ikut. Tidak hanya perbincangan 2 orang itu akan tetapi seminimal minimalnya ada 3 orang yang berada dalam pembicaraan itu atau obrolan dan lain lain. Jadi misalkan di sebuah ruang kelas yang berisi 35 orang, ada 2 orang antara Pria dan Wanita. Mereka saling berbincang dan tidak ingin orang lain tau, maka itu sudah termasuk berkhalawat.

Lalu, untuk yang didunia maya atau digital, patokannya mudah tinggal di jawab, kalo misalkan kasusnya sms , hasil sms mereka berdua di print out dan di pajang di mading, kira kira bagaimana perasaannya ? klo ga apa apa dan biasa aja, itu boleh, akan tetapi jika ada perasaan lain, maka itu TIDAK BOLEH.

Menyoali mengenai Menahan Pandangan, antara Seorang Laki-laki dan Perempuan itu tak mengapa, dengan batasan melihatnya biasa saja, tanpa ada perasaan yang mengikutinya, entah itu suka, atau dengan nafsu. Karena Wajah, telapak tangan dan suara perempuan itu bukan merupakan aurat.

Dalam literatur Syariah, yang dimaksud dengan zina itu merupakan hubungan suami istri yang dilakukan oleh Laki laki dan perempuan yang bukan mahram. Konsekuensi dalam melakukan zina ini setidaknya ada 3, yang pertama di RAZAM. Dilempari dengan batu sampai mati, itu bagi orang yang sudah menikah, akan tetapi mereka melakukan perzinahan dengan yang bukan mahram. Kemudian yang kedua itu di Cambuk (klo ga salah 100x) jika yang melakukan perzinahan tersebut belum menikah. dan yang ketiga haram dan berdosa, jika tidak sampai berzina atau yang di ganbarkan oleh Nabi SAW, seperti ember yang masuk Sumur. Ketiga tiganya haram dan berdosa, tetapi ada konsekuensi yang berbeda.

Perihal membayangkan, misalkan seorang laki laki membayangkan seorang perempuan, apakah ia berdosa ? Dari segi Fiqih itu tidak. karena sesuatu yang dibayangkan atau diimajinasikan itu tidak menimbulkan suatu hukum. Misalnya ketika kita membayangkan untuk mencuri, apakah itu berdosa ? Tentu tidak. Akan tetapi, walaupun tidak berdosa, hendaknya itu ditinggalkan karena ketika kita membayangkan sesuatu yang negetif, takutnya nanti terbawa kedunia real, atau tersugestikan. Gawat kan ?

Kemudian, lanjut dengan istilah Zina hati, zina mata dan zina Lisan apakah itu ada ? Dalam ilmu Syariah tidak ada itu yang namanya Zina hati, akan tetapi itu ada dalam dunia tasawuf. Begitu juga dengan zina lisan, mungkin ia termasuk dalam perkataan kotor, zina mata, melihat aurat orang lain. Secara umum batasan dari ZINA itu, ya hanya ketika suatu "ember masuk kedalam suatu sumur".
Kesemuanya ini disampaikan oleh Ustd Ahmad Sarwat, Lc.



Kemudian, di sesi yang kedua, dilanjutkan oleh pembicara Ustad O.Solihin. Ada beberapa point yang didapat dari beliau soal menulis. Yang pertama, mengenai gaya penulisan. apakah kita boleh menirukan gaya kepenulisan dari penulis yang kita suka ? Beliau memberikan trik ATM (Amati, Tirukan, Modifikasi). Lakukan ATM ini, nanti lama kelamaan anda akan menemukan gaya kepenulisan anda sendiri.

Lalu, ada yang bertanya mengenai bagaimana agar sebuah karya yang dapat menggugah seperti karya Sayyid Quthub? Beliau memberikan jawaban Menurut Mohammad Fauzil Adhim, agar tulisan kita lebih menggugah dan menginspirasi, maka mesti memenuhi empat E, yakni :
  1. Entertainment, menghibur. Yakni pesan tulisan sampai dengan cara yang ringan, tak menggurui tapi menginspirasi.
  2. Escape, tempat yang tepat untuk rehat. Sebagai solusi dan jalan keluar. Tulisan menjadi sarana untuk menyegarkan jiwa-jiwa yang lelah menjadi tergugah, seperti Penawar Lelah Pengemban Dakwah.
  3. Esthetic, santun, indah, menyampaikan dengan cara yang indah, estetis tidak kasar dan jorok. Sehingga bisa kena ikannya tanpa keruh airnya.
  4. Education, tulisan itu akan menjadi sarana mendidikkan kebaikan yang mencerdaskan bukan membodohi.
  5. dan ini tambahan dari pembicara, yaitu Ideologi. Harus jelas ideologinya mau kemana
Intinya, ketika kita tidak suka menulis, menulislah, pas ngerasa ga bisa, menulislah apa yang ada di pikiran kita, apapun itu. Bukankah batu itu akan terkikis oleh tetesan air yang terus menerus menetesi batu itu, bukan oleh air yang banyak yang hanya sekali ?

So, kapan kalian mau mulai nulis ?

0 comments:

Post a Comment

comment